Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Perburuk Krisis, Afghanistan Desak Eropa Berhenti Deportasi Paksa Warganya

Kompas.com - 12/07/2021, 11:12 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

KABUL, KOMPAS.com - Afghanistan mendesak negara-negara Eropa untuk menghentikan deportasi paksa para migran dari negaranya selama tiga bulan ke depan.

Permintaan itu disampaikan ketika pasukan keamanan Afghanistan memerangi gelombang kekerasan yang dipicu oleh serangan Taliban yang memusingkan pemerintah.

Baca juga: Situasi Makin Panas, Ibu Kota Afghanistan Dipasangi Pertahanan Udara Baru

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada Minggu (11/7/2021) bahwa meningkatnya konflik juga menyebabkan "lebih banyak penderitaan" di seluruh negara yang dilanda kekerasan itu.

Oleh karena itu juga PBB mendesak bantuan keuangan yang berkelanjutan untuk pemerintah Kabul.

Afghanistan menghadapi krisis ketika gerilyawan merebut wilayah di pedesaan, meregangkan pasukan pemerintah, dan berdampak pada munculnya gelombang baru keluarga yang terlantar.

Kondisi tersebut juga diperumit oleh wabah baru Covid-19.

"Meningkatnya kekerasan oleh kelompok teroris Taliban di negara itu dan penyebaran gelombang ketiga (Covid-19) telah menyebabkan banyak kerusuhan ekonomi dan sosial, menciptakan kekhawatiran dan tantangan bagi rakyat," kata Kementerian Pengungsi dan Repatriasi Afghanistan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (10/7/2021) melansir AFP.

"Keputusan pemerintah menekankan bahwa negara tuan rumah harus menahan diri dari mendeportasi paksa pengungsi Afghanistan ... selama tiga bulan ke depan," kata kementerian itu.

Pemerintah Kabul menambahkan bahwa kembalinya warga Afghanistan dari Eropa mengkhawatirkan.

Baca juga: Australia Umumkan Pasukan Terakhirnya Ditarik dari Afghanistan

Ada hampir 2,5 juta pengungsi terdaftar dari Afghanistan pada 2018, populasi pengungsi terbesar kedua di dunia, menurut badan pengungsi PBB.

Sebagian besar berada di negara tetangga Pakistan, diikuti oleh Iran, dan Eropa.

Lebih dari 570 pengungsi Afghanistan secara sukarela kembali ke negara itu antara Januari dan Maret tahun ini, dengan bantuan PBB. Tapi, hanya enam yang datang dari luar Pakistan dan Iran, menurut data dari badan pengungsi PBB.

Dalam arsip foto Rabu, 18 Maret 2020 ini, ribuan pengungsi Afghanistan berjalan memasuki Afghanistan di perbatasan Islam Qala dengan Iran, di Provinsi Herat bagian barat. AP PHOTO/HAMED SARFARAZI Dalam arsip foto Rabu, 18 Maret 2020 ini, ribuan pengungsi Afghanistan berjalan memasuki Afghanistan di perbatasan Islam Qala dengan Iran, di Provinsi Herat bagian barat.

Menderita karena perang

Warga Afghanistan merupakan bagian yang cukup besar dari pencari suaka Uni Eropa (UE), dengan 44.190 aplikasi pertama kali tahun lalu, dari total 416.600, menurut Eurostat, badan statistik UE.

Perdana Menteri Italia Mario Draghi bulan lalu mengatakan Eropa harus bersiap, untuk arus masuk baru migran dari Afghanistan setelah pasukan asing meninggalkan negara itu.

Tahun ini, beberapa negara UE setuju menawarkan suaka kepada warga Afghanistan, yang bekerja dengan pasukan asing dan menghadapi risiko serangan balasan dari Taliban.

Afghanistan mencatat lebih dari 1.000 kasus Covid-19 pada Minggu (11/7/202), kata kementerian kesehatan setempat.

Hampir 135.000 kasus dan lebih dari 5.700 kematian telah dilaporkan sejak pandemi dimulai. Negara ini bergantung pada sumbangan dari komunitas internasional untuk program vaksinasi penduduknya.

Baca juga: Taliban Makin Kuat di Afghanistan, India Pulangkan Pejabat Konsulat

Ramiz Alakbarov, Deputi Perwakilan Khusus PBB untuk Afghanistan, mengatakan negara itu juga menghadapi peningkatan kesulitan dengan konflik yang berkembang sejak Taliban melancarkan serangan yang memusingkan.

"Kebutuhan kemanusiaan yang sudah ada sebelumnya semakin diperburuk," katanya kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa setidaknya setengah dari 33,5 juta orang di negara itu membutuhkan bantuan kemanusiaan.

"Eskalasi kegiatan militer dan eskalasi konflik dan perang menyebabkan lebih banyak penderitaan" selain dari kekeringan dan kekhawatiran Covid-19, kata Alakbarov.

Dia mengatakan bahwa sepanjang tahun ini 25 pekerja bantuan kemanusiaan tewas saat mengirimkan barang-barang bantuan kepada yang membutuhkan.

Dia menyerukan dukungan keuangan berkelanjutan untuk memenuhi bantuan kemanusiaan Afghanistan.

Menurutnya, 450 juta dollar AS (Rp 6,5 triliun) telah datang sejauh ini sebagai sumbangan global menyusul seruan 1,3 miliar dollar (Rp 18,8 triliun) yang ingin dialokasikan untuk 2021.

"Kebutuhannya jauh lebih besar, dan bantuan berkelanjutan diperlukan," kata Alakbarov.

Baca juga: Taliban Kuasai 85 Persen Wilayah, Krisis Kemanusiaan Afghanistan Berpotensi Muncul

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com