Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Min Aung Hlaing Berulang Tahun, Warga Myanmar Rayakan dengan Acara Pemakaman

Kompas.com - 03/07/2021, 19:38 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

NAYPIYDAW, KOMPAS.com - Para pengunjuk rasa anti-kudeta di Myanmar merayakan hari ulang tahun junta militer Min Aung Hlaing pada Sabtu (3/7/2021), dengan membakar gambarnya dan menggelar simulasi acara pemakaman.

Myanmar telah mengalami protes massa dan kebrutalan militer sejak kudeta 1 Februari, di mana pemimpin sipil Aung San Suu Kyi digulingkan oleh junta.

Menurut kelompok pemantau lokal, sejauh ini sekitar 890 warga sipil tewas dalam tindakan keras dan sekitar 6.500 orang ditangkap oleh Dewan Administrasi Negara, begitu junta menyebut dirinya.

Baca juga: Lepaskan 2.000 Tahanan, Tindakan Militer Myanmar Dituding Cuma Rekayasa

Pada Sabtu (3/7/2021), para pengunjuk rasa anti-kudeta mengunggah di media sosial sebuah gambar masakan sup mie tradisional "mohinga", yang seringkali dihidangkan dalam acara pemakaman di Myanmar.

"Saya membuat (mohinga) pada hari ulang tahunnya karena saya ingin dia segera mati," ujar salah satu warga di Yangon tentang Min Aung Hlaing, seperti yang dilansir dari AFP pada Sabtu (3/7/2021).

"Banyak orang tidak bersalah kehilangan nyawa mereka karena pria ini. Jadi, jika dia mati, seluruh negeri akan bahagia," ungkapnya kepada AFP.

Baca juga: Gelar Doa Bersama, 3 Pastor Ditangkap Junta Militer Myanmar

Di Mandalay, kota terbesar kedua Myanmar, beberapa aktivis membakar gambar Min Aung Hlaing dan membakar peti mati palsu dalam simulasi pemakaman.

"Karena pria ini, negara kami Myanmar memiliki banyak masalah," ujar sesorang warga Mandalay kepada AFP.

"Dia seharusnya tidak dilahirkan. Sehingga, kami mengadakan pemakamannya karena kami ingin mengatakan dia harus mati," jelasnya.

Min Aung Hlaing genap berusia 65 tahun pada Sabtu (3/7/2021), yang seharusnya dia telah pensiun dari militer Myanmar, jika mengacu pada konstitusi negara 2008.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Junta Myanmar Pesan Vaksin dari Rusia dan China

Beberapa analis percaya bahwa itu adalah faktor dalam upayanya melakukan kudeta, karena dia tidak dapat melihat jalan ke jabatan yang lebih tinggi dengan bantuan partai politik yang didukung militer.

Sebelum kudeta, Min Aung Hlaing dianggap sebagai paria internasional, dikutuk karena memimpin pembantaian brutal pada 2017, terhadap populasi Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan di Myanmar.

Dia telah diblokir dari Facebook karena memicu pidato kebencian terhadap minoritas yang dianiaya, dan penyelidik PBB telah meminta dia dan para pemimpin tinggi militer Myanmar lainnya untuk diadili karena tindakan genosida 2017.

Namun selama bertahun-tahun, dia dengan gigih membantah hampir semua tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan mengatakan operasi militer dibenarkan untuk membasmi pemberontak.

Baca juga: Kudeta Myanmar Membuat Lebih dari 200.000 Orang Jadi Pengungsi

Tindakan pembasmian saat itu membuat sekitar 750.000 orang Rohingya mengungsi ke Bangladesh.

Aung Hlaing ditunjuk untuk memimpin angkatan bersenjata Myanmar pada 2011, dalam masa transisi dari beberapa dekade pemerintahan junta militer menjadi sistem parlementer.

Rezim Min Aung Hlaing telah menghadapi kecaman dan sanksi internasional sejak kudeta Myanmar, dengan kekhawatiran atas meningkatnya kekerasan, tahanan politik, penutupan internet, dan penghalangan kembali kebebasan pers.

Dewan Administrasi Negara pada Sabtu (3/7/2021) bersikeras bahwa mereka sedang bekerja untuk mencapai "perdamaian abadi bagi seluruh bangsa", menurut sebuah surat kabar yang dikelola negara.

Baca juga: Baru Dibentuk, Milisi Anti-junta Bentrok dengan Tentara Myanmar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Global
Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Global
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Global
Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com