Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Proyek Gila” Kanal Istanbul Usulan Erdogan Jalan Terus di Tengah Kontroversi

Kompas.com - 28/06/2021, 10:35 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

ANKARA, KOMPAS.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengambil langkah pertama dalam pembangunan kanal di tepi barat Istanbul, di tengah kekhawatiran atas dampak lingkungan dan ekonomi dari proyek tersebut.

"Hari ini kami membuka halaman baru dalam sejarah perkembangan Turki," kata Erdogan pada Sabtu (27/6/2021), pada upacara peletakan batu pertama Sazlidere Bridge di atas rute yang direncanakan.

Baca juga: Pantai Turki Dipenuhi Ingus Laut, Erdogan Beri Peringatan

“Kami melihat Kanal Istanbul sebagai proyek untuk menyelamatkan masa depan Istanbul … untuk memastikan keselamatan jiwa dan harta benda Bosphorus Istanbul dan warga di sekitarnya,” katanya melansir Al Jazeera pada Minggu (28/6/2021).

Pemerintah Turki mengklaim proyek tersebut akan memudahkan lalu lintas kapal dan mengurangi risiko kecelakaan di Selat Bosphorus. Lintasan itu merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia, yang menghubungkan Laut Marmara dan Laut Hitam.

Erdogan menyebut pembangunan itu sebagai "Proyek Gila", ketika dia pertama kali mengusulkan pengembangan kanal pada 2011.

Proyek sepanjang 45 km (28 mil) akan menghubungkan Laut Marmara dan Laut Hitam di sebelah barat Selat Bosphorus. Ini akan mencakup pembangunan pelabuhan laut baru, jembatan, tempat bisnis, distrik perumahan, dan danau buatan.

Kanal itu, yang diperkirakan menelan biaya 15 miliar dollar AS (Rp 217 triliun), diharapkan akan selesai dalam waktu enam tahun.

"Dengar, ini bukan upacara pembukaan air mancur. Hari ini kita sedang meletakkan fondasi salah satu kanal teladan di dunia.” kata Erdogan di acara tersebut.

Baca juga: Jadi Musuh Erdogan, Turki Menangkap Paksa Keponakan Fethullah Gulen

Mustafa Ilicali, seorang profesor transportasi dan mantan anggota parlemen Turki, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa lalu lintas laut telah meningkat 72 persen di Bosphorus sejak 2005.

“Tanker menimbulkan kecelakaan di selat sempit. Kapal yang tertunda mencemari laut dan menimbulkan emisi, ”katanya.

Sementara Muzaffer Bayram, seorang warga yang tinggal di Istanbul, melihat kanal itu bermanfaat bagi Turki.

“Lihat kapal-kapal ini menunggu? Ketika kita memiliki kanal, mereka tidak akan menunggu di sini. Selain itu mereka akan membayar lebih (untuk melewati Turki). Ini untuk kepentingan negara saya,” katanya kepada Al Jazeera.

Namun, para penentang mengatakan kanal itu akan menyebabkan kerusakan ekologis yang mendalam di Istanbul, memperburuk bahaya yang ditimbulkan oleh gempa bumi, dan menempatkan ekonomi Turki yang sudah sakit di bawah beban utang yang bahkan lebih besar.

“Melalui kanal baru ini, Laut Hitam dan perairan Marmara akan bercampur. Ini akan memiliki konsekuensi ekologis dan membahayakan pasokan air dan kehidupan laut yang sudah lemah,” kata Pinar Giritlioglu, Wakil Presiden Bidang Perencana Kota.

Ercument Gulemek, seorang petani dan peternak di Bakkali, mengatakan bahwa proyek tersebut akan mengklaim sebagian dari desanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com