Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata, Tak Semua Pakaian Berbahan Serat Bambu Ramah Lingkungan

Kompas.com - 26/06/2021, 11:47 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

NEW YORK CITY, KOMPAS.com - Produk rumah tangga yang dalam iklannya terbuat dari bambu dan kayu putih mungkin terdengar ramah lingkungan.

Tapi, temuan investigasi baru yang menguji kandungan dalam produk, menemukan hal yang tidak biasa

Baru-baru ini, The Good Housekeeping Institute menganalisis seprai dan pakaian yang diiklankan terbuat dari serat tumbuhan.

Baca juga: Indonesia Promosikan Pakaian dan Furnitur Ramah Lingkungan di Belgia

Dalam analisisnya, mereka membeli 10 item dari beberapa perusahaan, termasuk Nook dan Reebok-- yang mengklaim produknya terbuat dari serat tumbuhan asli.

Tim ini lantas mengirimkannya ke laboratorium yang sudah berpengalaman dalam analisis serat.

“Kami hanya ingin membuat konsumen sadar dan menjadi lebih baik. Kami menginformasikan hal yang mereka tidak tahu bahwa mereka melakukan sesuatu yang salah di sini,” kata direktur tekstil di Good Housekeeping Institute, Lexie Sachs, dilansir Good Morning America.

Item pertama yang diuji adalah seprai dari Rove Concepts, yang dalam iklannya terbuat dari 100 persen bambu organik. Tapi setelah pengujian, Good Housekeeping menemukan bahwa seprai sebenarnya terbuat dari "viscose".

Viscose alias kain rayon, dibuat dari serat hasil regenerasi selulosa.

Serat yang dijadikan benang berasal dari polimer organik. Disebut juga serat semisintesis--dan tidak bisa digolongkan serat alami yang sebenarnya karena proses kimianya.

Baca juga: Sneaker Gucci Gunakan Bahan Pengganti Kulit yang Ramah Lingkungan

Penutup kasur buaian dari Nook, dalam iklannya juga terbuat dari kayu putih. Tapi Sachs mengatakan bahwa produk itu terbuat dari campuran lyocell, yang merupakan bentuk lain dari rayon di mana serat tumbuhan diproses secara berat.

Good Housekeeping juga menguji sepatu Forever Floatride Grow dari Reebok. Di situs webnya, sepatu itu diklaim terbuat dari tekstil pohon eukaliptus yang fleksibel dan "bernapas".

Tapi pengujian juga menunjukkan bahwa sepatu itu sebenarnya terbuat dari lyocell.

Baca juga: Tips Memulai Gaya Hidup Ramah Lingkungan ala Agni Pratistha

Menurut Komisi Perdagangan Federal, produk tekstil hanya bisa disebut berasal dari bambu jika dibuat langsung dari serat bambu asli. Sebelumnya, sebuah agensi juga ajukan gugatan pada perusahaan tertentu karena memberi label produk rayon sebagai bambu.

“Jika Anda berpikir tentang bambu atau kayu, itu bukan kain yang lembut dan halus,” kata Sachs.

“Ada potongan kayu yang keras. Anda harus benar-benar melakukan proses yang intens untuk memecahnya, untuk menghilangkan selulosa, untuk membuatnya menjadi lembut."

"Dan itu hanya banyak diproduksi dengan banyak bahan kimia yang tidak ada jejak aslinya saat dipakai," ungkapnya.

Baca juga: 5 Cara Melakukan Perawatan Anjing yang Ramah Lingkungan

Menanggapi temuan Good Housekeeping, beberapa produk mengatakan bahwa mereka akan menyesuaikan pemasarannya dan menyelidiki masalah ini lebih lanjut.

Good Housekeeping memang mengatakan bahwa produk yang terbuat dari rayon atau viscose tidak berbahaya bagi konsumen, juga tidak berkualitas rendah. Tapi mereka ingin konsumen membuat keputusan yang tepat sebelum membeli produk.

Bagi mereka yang mencari barang-barang yang terbuat dari serat tumbuhan murni tanpa merusak lingkungan dengan bahan kimia saat pembuatan, Good Housekeeping menyarankan untuk mencari secara spesifik pada kemasan atau situs web.

Ini demi menghindari pernyataan umum yang yang hanya mengatakan bahwa pakaian berasal dari bambu atau kayu lain--tapi tidak menyebutkan bagaimana kayu itu berasal dan prosesnya secara kimia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com