Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Baru Iran Ebrahim Raisi Dituding Siksa Perempuan Hamil

Kompas.com - 21/06/2021, 12:29 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber The Sun

TEHERAN, KOMPAS.com - Presiden baru Iran Ebrahim Raisi dituding pernah menyiksa perempuan hamil, dan memerintahkan eksekusi massal.

Raisi, dikenal juga sebagai "Si Penjagal", mendapat kemenangan lebih dari 50 persen dalam pemilu Jumat (18/6/2021).

Kemenangan politisi 60 tahun itu membuat seluruh angkatan bersenjata "Negeri Para Mullah" dipimpin sosok ultra konservatif.

Baca juga: “Armada Hantu” Iran Jual Minyak Pasar Gelap ke China untuk Biayai Program Nuklir Rahasianya

Raisi akan mulai menjabat bulan depan, dengan tampuk kekuasaan bakal diserahkan pendahulunya, Hassan Rouhani.

Presiden merupakan orang nomor dua paling berkuasa di Iran setelah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Menangnya Ebrahim Raisi terjadi setelah ada upaya boikot, menyusul laporan adanya kandidat yang didiskualifikasi.

Oposisi menyatakan, Raisi akan menjauhkan "Negeri Para Mullah" dari Barat, dan kembali menebar ketakutan di Timur Tengah.

Dia dituding menyiksa perempuan hamil, mendorong tahanan dari tepi jurang, menyetrum tawanan, dan sederet aksi brutal lainnya.

Julukan "Si Penjagal" diberikan setelah dia memerintahkan eksekusi massal tahanan politik, medio 1980-an silam.

Baca juga: Iran Punya Presiden Baru, PM Israel: Kans Terakhir Bahas Kesepakatan Nuklir

Dilaporkan dia pernah menjabat sebagai anggota "Komisi Kematian", yang memerintahkan ribuan orang dibunuh di 1988.

Kelompok oposisi mengungkapkan, sekitar 30.000 orang, baik pria, wanita, dan anak-anak, dijejer di tembok dan ditembak mati dalam beberapa bulan.

Amnesty International mengatakan, Raisi harus diselidiki atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Dilansir The Sun Minggu (20/6/2021), dia disebut melihat salah satu demonstran ditindak secara brutal dalam kerusuhan 2019.

"Fakta Ebrahim Raisi naik ke kekuasaan tanpa ditindak atas dugaan kejahatannya menunjukkan imunitas rezim di Iran," kata Ketua Amnesty, Agnes Callamard.

Iran menjadi salah satu lawan Barat di Timur Tengah, karena mendukung teroris dan dituding mengembangkan senjata nuklir.

Baca juga: Hezbollah Sebut Presiden Terpilih Iran Ebrahim Raisi sebagai Pelindung

Farideh Goudarzi mengungkapkan, dia hamil delapan bulan saat ditangkap karena mendukung Mujahedin-e Khalq (MEK).

Saat berusia 21 tahun di 1983, Goudarzi mengatakan dia dibawa ke kamar penyiksaan yang dipunyai pengadilan.

Goudarzi mengeklaim Raisi merupakan satu dari tujuh orang yang ditugaskan menyiksanya segera setelah dibawa ke ruangan.

Dia menceritakan ruangan tersebut penuh darah, yang baru dia ketahui bahwa itu darah suaminya sebelum dihukum gantung.

Baca juga: Alasan Presiden Terpilih Iran Ebrahim Raisi Disebut Sang Jagal oleh Barat

Di sana, Goudarzi menuturkan dia dicambuk menggunakan cambuk listrik, dengan anaknya lahir tanpa mengetahui siapa ayahnya.

Mahmoud Royaee, korban penyiksaan lain berujar melihat Raisi menjadi presiden tidak akan bisa ditoleransi keluarga para korbannya.

Royaee mengatakan, dia berharap dunia internasional tidak akan menerima hasil pemilu yang memenangkan Raisi.

"Raisi akan diperlakukan sebagai serigala untuk menakuti rakyat Iran. Alasan lain dia dimenangkan karena dia dibenci oleh negara Barat," ujar Royaee.

Baca juga: Israel Sebut Presiden Terpilih Iran sebagai Jagal Teheran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com