Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Pangan Korea Utara Menjalar ke Bahan Non-pokok, Harga Kopi Rp 1 Jutaan Sebungkus

Kompas.com - 20/06/2021, 06:37 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

Istilah tersebut digunakan untuk merujuk pada kelaparan yang menghancurkan di Korea Utara pada 1990-an, yang menewaskan ratusan ribu orang.

Pengakuan bahwa ekonomi negara yang direncanakan secara terpusat, bahkan tidak dapat memberi makan rakyatnya, mungkin tampak janggal.

Apa lagi di Korea Utara, Kim dan keluarganya dipandang dan digambarkan dalam propaganda sebagai orang yang sempurna dan hampir seperti Tuhan.

Namun, tidak seperti ayah dan pendahulunya, Kim tidak takut mengakui kesalahan atau kegagalan, atau bahkan menangis di depan rakyatnya.

Baca juga: Kim Jong Un: Korea Utara Siap Berdialog atau Berkonfrontasi dengan AS

Kim telah membentuk citra domestiknya sebagai seorang pria dari rakyat.

Pemimpin diktator ini terus-menerus bertemu dengan publik, dan berdedikasi untuk meningkatkan kehidupan sehari-hari salah satu negara paling miskin di planet ini.

Tujuannya yang dinyatakan sejak mengambil alih kekuasaan pada 2011 adalah untuk meningkatkan kehidupan sebagian besar warga Korea Utara.

Kim secara drastis mengubah ekonomi terencana Korea Utara, yang tidak efisien. Dia membebaskan hampir 120.000 tahanan politik yang diyakini ditahan di kamp kerja paksa.

Pemimpin berusia 37 tahun ini, juga menarik mundur program senjata nuklirnya.

Langkah-langkah yang tidak biasa dari pemimpin Korea Utara sebelumnya itu membuat para ahli percaya, Pyongyang akan berjuang untuk mencapai tujuan Kim.

Hubungan dengan Washington dan negosiasi keringanan sanksi tampaknya menjadi perhatian yang jauh, setidaknya untuk saat ini.

Kim tidak menyebutkan pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) hingga Kamis (17/6/2021), hari ketiga pertemuan politik penting minggu ini dan agenda keempat.

Menurut media pemerintah, Kim dilaporkan menganalisis kebijakan Korea Utara Presiden AS Joe Biden, dan sekarang percaya Pyongyang perlu "bersiap untuk dialog dan konfrontasi."

Meski sikap Kim terhadap AS tidak terlalu bermusuhan, dia juga tidak terlalu meyakinkan. Serangkaian pernyataan provokatif yang dirilis oleh KCNA bulan lalu.

Salah satu pernyataan memperingatkan akan "krisis di luar kendali." Kim juga menyebut AS sebagai musuh terbesar Korea Utara pada Januari.

Baca juga: Kim Jong Un Akui Korea Utara Krisis Pangan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com