Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan China Bereksperimen Ciptakan Kehamilan pada Tikus Jantan

Kompas.com - 18/06/2021, 11:53 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber The Sun

SHANGHAI, KOMPAS.com - Para ilmuwan China berusaha menciptakan kehamilan pada tikus jantan melalui eksperimen gaya Frankenstein.

Tim eksperimen dari Naval Medical University di Shanghai membangun sebuah model tikus jantan yang melahirkan dalam 4 langkah, seperti yang dilansir dari The Sun pada Kamis (17/6/2021).

Langkah pertama, menggabungkan tikus jantan dan betina dengan menempelkan kulit mereka dan berbagi kandungan darah.

Baca juga: Australia Diserang Hama Jutaan Tikus, Entah Kapan Berakhir

Langkah kedua, melakukan transplantasi uterus dari tikus betina ke jantan. Lalu,  menanamkan embrio.

Embrio kemudian dibiarkan berkembang selama 21,5 hari, sebelum para ilmuwan melakukan operasi caesar.

Setelah tikus melahirkan, tim eksperimen melakukan "operasi pemisahan" pada tikus dan menemukan bahwa semua hewan jantan dapat bertahan hidup 3 bulan setelah eksperimen.

Baca juga: Temukan 71 Ranjau dan Diganjar Penghargaan, Tikus Ini Akhirnya Pensiun

Eksperimen keji

Para peneliti mengatakan penelitian itu menunjukkan bahwa tikus yang lahir dari eksperimen itu dapat terus hidup hingga dewasa dan tidak menderita masalah kesehatan apa pun.

Namun, mereka juga menemukan beberapa "janin mati abnormal", yang memiliki "morfologi dan warna berbeda dibandingkan dengan janin normal" atau menunjukkan "atrofi atau pembengkakan plasenta".

Dalam dokumen penelitian, tim eksperimen itu menulis, "Untuk pertama kalinya, sebuah kehamilan jantan dari binatang mamalia dibuat oleh kami."

"Penelitian kami mengungkapkan kemungkinan perkembangan embrio normal pada hewan mamalia jantan, dan mungkin memiliki dampak besar pada penelitian biologi reproduksi."

Baca juga: Ilmuwan Israel Mengaku Bisa Panjangkan Umur Tikus, Klaim Bisa Diterapkan ke Manusia

Namun, Senior Science Policy PETA, Penasihat Emily Mclvor menggambarkan studi eksperimen kehamilan tikus jantan itu "keji" dan mengkritik penelitian tersebut, dengan mengatakan bahwa hewan tidak boleh diperlakukan sebagai "benda sekali pakai".

Mclvor mengatakan kepada Mail Online, "Dalam penelitian keji tersebut, setelah dikebiri dan disatukan tubuhnya secara paksa dengan tikus betina, tikus jantan dibedah dan ditanam dengan uterus serta embrio yang dimasukkan ke dalamnya. Semua untuk memastikan apakah mereka bisa 'berhasil' menghasilkan anak."

"Eksperimen mengejutkan itu semata-mata didorong oleh rasa ingin tahu dan tidak melakukan apa pun untuk memajukan pemahaman kita tentang sistem reproduksi manusia," ujar Mcvlor.

"Hewan layak dihormati dan dibiarkan damai, tidak dibiakkan di laboratorium, bereksperimen, dan diperlakukan seperti benda sekali pakai," lanjutnya.

Baca juga: Australia Dilanda Wabah Jutaan Ekor Tikus Setelah Kekeringan

Dia menambahkan, "Pembedahan penggabungan 2 tikus, yang mengalami mutilasi dan menderita berkepanjangan berminggu-minggu, itu tidak etis dan seperti dunia Franken-science."

Pada 2019, peneliti AS direkam peneliti AS memfilmkan tikus yang mengendarai kendaraan khusus untuk mengumpulkan makanan, yang bisa menjadi bukti tentang kemampuan mereka untuk mempelajari tugas.

Eksperimen ini dibuat oleh ahli saraf Universitas Richmond Kelly Lambert yang menemukan bahwa tikus jauh lebih baik dalam mengemudi dari pada yang dia ekspektasikan.

Lambert memberitahu New Scientist, "Mereka belajar mengarahkan mobil dengan cara yang unik dan memiliki pola mengemudi yang belum pernah mereka gunakan untuk akhirnya mereka akan mendapatkan hadiah."

Baca juga: Orang Tua Marah Jenazah Bayi Perempuannya Hilang dan Hanya Temukan Bangkai Tikus

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com