Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar: Biden dan Putin Tidak Akan Berteman meski Pertemuan "Sangat Konstruktif"

Kompas.com - 17/06/2021, 18:02 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pertemuan Biden dan Putin yang terjadi untuk pertama kalinya disebut "sangat konstruktif", tapi pakar politik menilai itu tidak membuat keduanya berteman.

Biden dan Putin telah bertemu untuk pertama kalinya di tengah titik terendah hubungan AS dan Rusia, pada Rabu (16/6/2021) di Jenewa.

Banyak masalah yang membuat hubungan dua negara kuat di dunia itu berada di titik terendah, di antaranya adalah dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu AS, serangan dunia maya besar-besar di AS, kasus oposisi Rusia Alexy Navalny keracunan agen saraf dan dipenjara.

Baca juga: Lebih Memihak Amerika, Ini Perbedaan antara Biden dan Trump Setelah Bertemu Putin

Belum lagi, masalah saat Biden menyetujui pernyataan bahwa Putin adalah "pembunuh".

Setelah pertemuan pertama tatap muka di Jenewa yang berlangsung kurang lebih 3 jam, orang nomor satu Rusia mengatakan bahwa presiden AS ke-46 adalah "seorang politisi yang sangat berpengalaman", yang mampu berbicara "sangat konstruktif" dengan sangat rinci lebih dari 3 jam pembicaraan.

"Biden umumnya adalah seseorang yang menginginkan hubungan yang konstruktif. Dia tidak menganggap Putin sebagai teman," kata Ian Bremmer, presiden perusahaan risiko politik Grup Eurasia, seperti yang dilansir dari AFP pada Kamis (17/6/2021). 

Menurutnya, seperti Biden melihat Presiden China Xi Jinping. Presiden AS itu "tidak mempercayai mereka, tapi dia mengharapkan Rusia akan bertindak untuk kepentingannya dan kedua negara memiliki kepentingan untuk bekerja sama", kata Bremmer.

Baca juga: Biden Beri Putin Hadiah Kristal Bison dan Kacamata Aviators Khusus

Dasar hubungan ke depan

Kedua pemimpin mengatakan mereka akan mengembalikan duta besar ke ibu kota masing-masing dan diplomat akan bekerja untuk pembebasan tahanan.

Yuval Weber, seorang ahli Rusia di Wilson Center's Kennan Institute dan profesor di Texas A&M's Bush School of Government and Public Service di Washington, mengatakan bahwa ia tidak yakin langkah itu menjamin hubungan AS dan Rusia keduanya ke depan lebih baik.

"Saya tidak yakin seberapa jauh lebih baik hubungan mereka itu bisa berjalan, tetapi bisa jadi jauh lebih buruk," ucap Weber.

Weber kemudian melanjutkan bahwa pertemuan Biden dan Putin tidak seperti di Perang Dingin di masa lalu.

Para pemimpin AS dan Soviet saat itu berkumpul untuk menandatangani kesepakatan tentang isu-isu besar, seperti senjata nuklir.

Namun, dua pemimpin itu tidak terpikir untuk membuat terobosan di Jenewa, kata Weber.

"Apa yang mereka cari adalah apakah mereka bisa menjalin hubungan yang cukup baik secara pribadi untuk membuat negosiasi tetap berjalan," kata Weber.

Weber mengatakan bahwa Putin "terkenal sebagai orang yang sangat sensitif terhadap kritik", yang kemungkinan tidak senang dengan komentar awal Biden tentang dirinya "pembunuh".

Baca juga: Gedung Putih Bantah Biden Mengangguk Setuju Saat Ditanya Apakah Dia Percaya Putin

Namun jelang pertemuan di Jenewa, dalam jumpa pers setelah pertemuan G7, politisi kawakan AS itu mengatakan bahwa Presiden Rusia itu sebagai "musuh yang layak" dan mengatakan Rusia sebagai negara yang kuat untuk dilawan.

Weber menilai saat itulah Biden melakukan strategi pendekatan dengan "mengatakan hal-hal yang kemudian dapat diterima oleh Putin".

Partai Republik dengan cepat menyerang Biden selama pertemuannya dengan Putin di Jenewa, dengan mengatakan dia seharusnya lebih konfrontatif.

"KTT seharusnya memberikan hasil," kata Jim Risch, Republikan teratas di Komite Hubungan Luar Negeri Senat.

"Mempelajari bahwa tidak ada kemajuan nyata yang dibuat dengan Rusia dalam masalah apa pun sangat disayangkan dan mengecewakan," ungkap Risch.

Namun, Senator Bob Menendez, Demokrat yang mengepalai komite, memuji Biden karena "terus terang berbicara kebenaran" kepada Putin.

"Ini adalah pemeriksaan realitas yang diperlukan untuk Putin dan sambutan selamat datang setelah 4 tahun terakhir Trump memanjakan Kremlin," kata Menendez.

Baca juga: Fakta Unik dan Bersejarah di Balik Ruang Pertemuan Biden dan Putin

Putin dan para presiden AS terdahulu

Di masa lalu, Barack Obama pernah membuat marah Putin dengan menyebut Rusia, yang mendukung separatis di Ukraina, sebagai "kekuatan regional" yang bertindak "bukan karena kekuatan, tetapi kelemahan."

Namun Obama, seperti presiden sebelumnya, berharap dapat memulihkan hubungan AS dan Rusia.

Kata-kata umbaran terkenal George W Bush setelah bertemu Putin pada 2001 bahwa dia bisa "mendapatkan hatinya".

Donald Trump mengejutkan publik dengan menyuarakan kekagumannya terhadap Putin, setelah pertemuan pada 2018 di Helsinki.

Saat itu, seketika Trump menuai kritik oleh para politisi AS, bahkan di dalam Partai Republik karena ia terlihat menerima begitu saja bantahan Putin atas kasus dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016.

Sementara, Putin juga secara terbuka mengatakan ia ingin Trump menjadi presiden.

Baca juga: Setelah Bertemu, Putin Akui Biden Orang yang Berpengalaman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com