KOMPAS.com – Kingsbury Run, Cleveland, Ohio, Amerika Serikat (AS) merupakan wilayah kumuh, suram, dan berbahaya di Negeri Paman Sam pada era 1935-1938.
Dikatakan demikian karena wilayah itu diisi banyak sekali gelandangan dan orang buangan akibat dari peristiwa Depresi Besar yang melanda AS pada 1930-an. Pada era ini, banyak orang kehilangan pekerjaan dan mengalami kesulitan ekonomi.
Situs Mental Floss pada Selasa (29/9/2020) menulis, beberapa area kosong di tempat itu bahkan dijadikan sebagai tempat pemukiman ala kadarnya oleh orang-orang miskin dan tunawisma.
Sedangkan area di sebelah timur dipenuhi dengan bar, tempat berjudi, dan rumah bordil bernama “The Roaring Third”.
Baca juga: KISAH MISTERI: Tragedi Balapan Paling Mengerikan dalam Sejarah, Menyisakan Tubuh Tanpa Kepala
Tak hanya dijejali oleh gelandangan dan tunawisma, Kingsbury Run juga diteror dengan masalah pembunuh berantai yang belum terpecahkan hingga sekarang.
Pembunuh berantai ini dikenal dengan nama "The Cleveland Torso Murderer" atau "Pembunuh Batang Tubuh dari Cleveland".
Sebutan itu merujuk pada kebiasaan pembunuh yang kerap memutilasi dan memotong-motong tubuh korbannya hingga menyisakan potongan tubuh tanpa lengan dan kaki (torso).
Reputasi Kingsbury Run sebagai tempat orang-orang buangan kian mengganggu dengan penemuan mayat seorang wanita pada September 1934. Mayat wanita ini ditemukan tengah mengambang di Danau Erie, Bratenahl.
Karena ditemukan di danau, wanita berusia 30 tahunan yang tak diketahui identitas aslinya ini pun dikenal dengan nama “Lady of Lake”.
Baca juga: KISAH MISTERI: Teka-teki Tank Man, Penghadang Pasukan China di Lapangan Tiananmen
Dari hasil autopsi, penyidik Kolonel A J Pierce menyatakan bahwa tubuh wanita itu telah dimutilasi pada bagian lutut. Pada tubuh korban juga ditemukan semacam bahan kimia yang membuat kulitnya menjadi kemerahan dan kasar.
Penemuan Lady of Lake itu dianggap seperti angin lalu. Sebab, pihak kepolisian belum menyadari bahwa wanita ini merupakan korban pertama dari rangkaian pembunuhan berantai yang akan terjadi pada tahun-tahun berikutnya.
Hingga pada September 1935, dua remaja laki-laki menemukan mayat yang telah terpotong di bagian pinggul di Bukit Jackass. Kondisi mayat tanpa kepala ini ditemukan secara mengenaskan dalam kondisi terkebiri.
Ketika ditemukan, tubuhnya tampak sudah bersih dan terlihat diletakkan dengan sengaja di balik semak-semak lebat.
Baca juga: KISAH MISTERI: Periode Gelap Pembantaian Rasial Tulsa di Amerika Serikat
Pada jasad tersebut, hanya melekat sepasang kaos kaki dan luka bakar di pergelangan tangan. Polisi pun memastikan bahwa pria itu meninggal karena kepalanya dipenggal.
Setelah diidentifikasi, jasad itu ternyata bernama Edward Andrassy. Pria berusia 28 tahun ini merupakan seorang homoseksual yang gemar mengunjungi rumah bordil The Roaring Third.
Selepas Andrassy, polisi kembali menemukan mayat ketiga dengan kondisi serupa. Kepala pria berusia 40 tahunan ini dipotong dan kemaluannya dikebiri. Kulitnya bahkan telah diinjeksi dengan bahan kimia.
Menurut catatan ahli forensik, mayat tersebut telah meninggal selama berhari-hari. Sosok pembunuh terbukti telah mengawetkan mayatnya dengan cairan kimia.
Baca juga: KISAH MISTERI: Catatan Narapidana dari Neraka Holocaust di Kamp Auschwitz
Kasus pembunuhan di Kingsbury Run pun berlanjut. Pada Januari 1936, potongan tubuh wanita terbungkus koran dalam keranjang ditemukan di sekitar Gedung Hart Manufacturing di Central Avenue.
Semua sisa tubuhnya kecuali kepala ditemukan di sebuah tanah kosong, sepuluh hari setelah penemuan potongan tubuh di Central Avenue.
Ketika diidentifikasi, terungkap wanita ini bernama Florence Polillo. Pelacur dan pelayan bar yang tinggal di sekitaran The Roaring Third.
Empat bulan kemudian, dua bocah laki-laki tanpa sengaja menemukan kepala seorang laki-laki etnis kaukasia yang terbungkus sepasang celana dekat sebuah jembatan.
Baca juga: 6 Kisah Misteri Harta Karun Peninggalan Perang Dunia II