Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaum Muda China Muak Mengejar Sukses dan Memilih Rebahan akibat Persaingan Ketat sejak Lahir

Kompas.com - 15/06/2021, 18:10 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

"Para pemuda terus merasakan jika mereka tidak bekerja keras atau berpartisipasi dalam kompetisi, mereka akan tersingkirkan dari masyarakat, tapi mereka tidak melihat sebuah terobosan bagi mereka sendiri, meskipun telah berusaha berulang kali," kata Professor Biao Xiang dari Universitas Oxford.

"Generasi orang tua kami memiliki (tantangan) sendiri, tapi juga peluangnya. Segalanya baru. Selama Anda memiliki gagasan dan keberanian, pasti ada kesempatan yang baik untuk meraih sukses," kata Sun Ke.

Konsep ini bukanlah sesuatu yang unik di China. Kebanyakan negara berkembang di dunia, bisa dikatakan memiliki generasi terdahulu (generasi boomer).

Tapi perbedaan utamanya, bahwa di China, ada "masa emas" yang terlewati dengan cepat dan itu masih segar dalam ingatan orang-orang.

Artinya, generasi muda seperti Sun Ke telah menyaksikan kesuksesan orang tua mereka - melihat mereka membangun kesuksesan sendiri dari nol.

"Orang tua atau tetangga satu angkatan yang lebih tua 10 tahun dari mereka bisa meraup keuntungan sebanyak itu hanya dengan masuk ke dalam bisnis ini, tapi sekarang jendela sudah tertutup. Mereka tak punya kemungkinan itu lagi," kata Dr Fang Xu dari Universitas California, Berkeley.

Baca juga: Awas, Ini Bahayanya Jika Sering Rebahan Setelah Makan

Frustasi terhadap orang kaya

China saat ini menjadi negara yang berisi orang-orang kaya terbesar kedua di dunia. Tapi juga rumah bagi sekitar 600 juta orang yang memiliki pendapatan bulanan sekitar 1.000 yuan atau Rp 2,1 juta.

Kesenjangan yang besar ini telah meningkatkan kebencian anak muda terhadap bos mereka. Dan ada perasaan yang berkembang di antara anak-anak muda, bahwa perjuangan mereka tidak dipahami oleh mereka yang berada di atas.

Su Mang, seorang wirausaha dan mantan pemimpin redaksi Harper's Bazaar edisi China telah mendapat reaksi keras setelah dia mengatakan bahwa involusi adalah "jurang antara keinginan dan kemalasan".

Dia kemudian meminta maaf, tapi dampaknya sudah meluas.

"Jika para bos bisa terhubung dengan orang-orang yang bekerja untuk mereka, 996 tidak akan ada, begitu juga dengan involusi," tulis sebuah komentar yang mengacu pada budaya di dunia bisnis China yang bekerja dimulai dari pukul 9 pagi hingga 9 malam, enam hari seminggu.

"Para kapitalis seharusnya bungkam," yang lain menulis.

Jack Ma adalah pendukung budaya 996.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Jack Ma adalah pendukung budaya 996.
Miliarder Jack Ma sebelumnya mendukung budaya 996, dan menyebutnya sebagai "berkah".

Hal ini, ditambah lagi dengan penyelidikan perusahaannya, Alibaba yang sedang berlanjut, membuat reputasinya jatuh dari seorang panutan menjadi "kapitalis penghisap darah", seperti digambarkan sejumlah orang di internet.

Baca juga: Rebahan hingga Pelihara Cupang, Riset Peneliti UI Ungkap 15 Hobi Baru Saat Pandemi

'Rebahan' opsi yang tidak diizinkan

Tapi konsep lain telah muncul - konsep "rebahan" atau tang ping dalam bahasa Mandarin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com