Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Petugas Vaksin Polio di Afghanistan Ditembak Mati, Diduga Dilakukan Taliban

Kompas.com - 15/06/2021, 18:08 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

JALALABAD, KOMPAS.com - Empat petugas vaksin polio di Afghanistan timur tewas karena menjadi target serangan milisi pada Selasa (15/6/2021).

Para petugas polio ditembaki mati di 3 lokasi berbeda selama 2 jam dalam serangan "terkoordinasi", kata juru bicara Provinsi Nangarhar, Farid Khan.

"Ini adalah pekerjaan Taliban, menargetkan petugas kesehatan untuk mengahalangi orang mendapatkan vaksin polio," ujar Khan seperti yang dilansir dari AFP pada Selasa (15/6/2021).

Baca juga: Lawan Taliban dengan Palu: Kisah Pasukan SAS Inggris di Afghanistan

Juru bicara Kementerian Kesehatan Osman Taheri mengkonfirmasi serangan terhadap staf tesebut.

Sementara, Taliban menolak untuk memberikan komentar atas serangan kedua terhadap petugas vaksin polio untuk warga Afghanistan.

Penyakit polio telah diberantas di seluruh dunia, kecuali di Afghanistan dan negara tetangganya Pakistan, di mana terdapat ketidakpercayaan terhadap vaksin dan kampanye pemberantasannya merajalela.

Para pejabat terkait mengatakan bahwa pada Selasa (15/6/2021) 2 petugas vaksin tewas dan 1 terluka dalam serangan di distrik Khogyani. Lalu, 2 orang petugas lagi tewas di Surkhrod.

Baca juga: Taliban Tembak Mati 10 Pekerja Pembersih Ranjau di Afghanistan

Dalam serangan lain, 3 petugas vaksin terluka di ibu kota provinsi, Jalalabad.

Upaya vaksinasi di provinsi Nangarhar kini telah dihentikan, kata pejabat kesehatan lainnya kepada AFP.

"Ini semua adalah serangan yang menargetkan petugas polio, dan untuk saat ini kami telah menghentikan semua upaya vaksinasi polio di provinsi Nangarhar," ujar pejabat itu yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Serangan pada Selasa (15/6/2021) terjadi kurang dari 3 bulan setelah kelompok bersenjata menembak mati 3 petugas vaksin polio di Jalalabad.

Afghanistan telah menghadapi gelombang serangan yang menghancurkan terhadap para politisi, aktivis, dan jurnalis yang oleh pemerintah Afghanistan dan AS menuduh Taliban sebagai pelakunya.

Namun, mereka secara rutin menyangkal sebagai pihak yang bertanggung jawab.

Baca juga: Taliban Bersedia Terima Penerjemah Afghanistan asalkan Mereka Menyesal

Pekan lalu, 10 orang yang bekerja untuk organisasi pembersih ranjau HALO Trust ditembak mati di Afghanistan. Pemerintah mengatakan Taliban berada di balik serangan itu.

Taliban dan pemimpin agama, sering mengatakan kepada masyarakat bahwa vaksin adalah konspirasi Barat yang ditujukan untuk mensterilkan anak-anak Muslim.

Mereka juga menduga program imunisasi digunakan untuk memata-matai kegiatan militan.

Para pejabat mengatakan Taliban tidak mengizinkan kampanye vaksin dari rumah ke rumah di wilayah yang mereka kuasai.

Baca juga: Bom Meledak di Afghanistan, 11 Orang Termasuk Anak-anak Tewas

"Kami telah sampai pada situasi, di mana secara sistematis petugas penjinak ranjau, dokter, perawat, petugas vaksin, pembela hak asasi manusia, dan siapa pun yang berusaha menyelamatkan hidup kami dan anak-anak kami, dibunuh," kata Shaharzad Akbar, kepala Komisi Independen Hak Asasi Manusia Afghanistan.

"Tidak ada mekanisme pencegahan yang efektif atau hukuman bagi para pelaku," ucapnya.

Taliban telah memiliki keuntungan besar di Afghanistan, ketika Amerika Serikat bersiap untuk menarik pasukan terakhirnya dari negara itu pada September mendatang, setelah 20 tahun perang.

Pembicaraan damai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban saat ini juga terhenti.

Baca juga: PBB Peringatkan Ada Ancaman Taliban dapat Kembali Kuasai Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com