Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar: Pemerintahan Baru Israel adalah Kesempatan Biden Atur Ulang Kesepakatan di Timur Tengah

Kompas.com - 15/06/2021, 16:12 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Terbentuknya pemerintahan baru Israel dengan Naftali Bennett sebagai Perdana Menteri memberikan kesempatan untuk Presiden AS Joe Biden mengatur ulang kesepakatan AS di Timur Tengah.

"Biden mendapatkan keuntungan," kata Aaron David Miller, seorang senior di Carnegie Endowment for International Peace di Washington DC, tentang dampak jatuhnya kepemimpinan Benjamin Netanyahu.

"Biden memiliki ruang gerak dan waktu. Bennett tampaknya tidak ingin pertempuran," ucap Miller kepada Al Jazeera.

Baca juga: Perdana Menteri Palestina: Naftali Bennett dan Benjamin Netanyahu Sama Buruknya

Melansir Al Jazeera pada Senin (14/6/2021), pemerintahan baru Israel dapat membantu mengatur panggung politik untuk perjanjian terbatas antara Hamas dan Otoritas Palestina.

Memungkinkan juga perluasan kesepakatan ekonomi dengan negara-negara Arab, yang akan menjadi kesempatan bagi pemerintahan Biden.

Koalisi baru Israel terpilih menjadi anggota Knesset pada 13 Juni dengan selisih yang paling tipis, yaitu 60 dari 120 anggota Knesset mendukung pemerintahan baru Israel. Adapun 59 suara menentang dengan satu abstain.

Koalisi tersebut dipimpin oleh Bennett dari partai Yamina dan Yair Lapid dari Yesh Atid. Selain itu, mencakup 6 partai lain dari kiri dan kanan politik Israel, termasuk partai Arab Palestina, untuk pertama kalinya.

Koalisi berbagai partai itulah yang mengakhiri 12 tahun masa jabatan mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Pemerintahan baru Israel itu disambut oleh Washington, dan staf Gedung Putih sedang mencari tanggal yang pas untuk Biden menjamu Bennett dalam kunjungan kenegaraan.

Baca juga: Lengserkan Rezim 12 Tahun, Ini Janji dan Tantangan PM Baru Israel Naftali Bennett

"Pemerintahan Biden sedang mengatur ulang," ujar Hassan El-Tayyab, pelobi utama kebijakan Timur Tengah untuk Quaker Friends Committee dalam Perundang-undangan Nasional.

"Ada perselisihan antara pemerintahan Obama-Biden, dan pemerintahan Biden-Harris dengan Bibi Netanyahu," kata El-Tayyab.

Di dalam negeri AS, Partai Republik terang-terangan pro-Israel, sedangkan partai Demokrat semakin kritis terhadap perlakuan Israel terhadap Palestina.

Jika AS berhasil mengembalikan perjanjian nuklir Iran, yang mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir dengan imbalan keringanan sanksi AS, ada kemungkinan Netanyahu berusaha menentang itu, yang sepertinya tidak akan dilakukan oleh Bennett.

“Para pemimpin setuju bahwa mereka dan tim mereka akan berkonsultasi secara dekat tentang semua hal yang berkaitan dengan keamanan regional, termasuk Iran,” menurut pernyataan Gedung Putih.

Baca juga: PM Israel Naftali Bennett Ahli Berbisnis, Pernah Tarik Investor Jutaan Dolar AS

“Presiden juga menyampaikan bahwa pemerintahannya bermaksud untuk bekerja sama dengan Pemerintah Israel dalam upaya memajukan perdamaian, keamanan, dan kemakmuran bagi Israel dan Palestina,” lanjutnya.

Halaman:
Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Global
Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Global
Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Global
Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Global
Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Global
Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Global
Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Global
Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com