Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanita Kelelawar China Kembali Buka Suara, Mengaku Tidak Takut Penyelidikan Apa Pun

Kompas.com - 15/06/2021, 15:57 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

WUHAN, KOMPAS.com - Dr Shi Zhengli, yang juga dikenal sebagai “wanita kelelawar,” kembali menyangkal keras tuduhan bahwa laboratorium Wuhan China adalah sumber wabah Covid-19.

Peneliti senior di Institut Virologi Wuhan, yang kembali menjadi pusat kontroversi asal Covid-19 itu, juga menyatakan “tidak takut dengan penyelidikan apa pun.”

Baca juga: Peneliti di Lab Wuhan Membantah Covid-19 Bocor dari Tempatnya

Shi dikenal sebagai “wanita kelelawar" karena penelitiannya yang panjang tentang virus corona kelelawar.

Newsweek pada Senin (14/6/2021) mewartakan Shi kembali menjadi target dari mereka yang percaya bahwa lab adalah kemungkinan sumber wabah Covid-19.

Anggota Kongres dan mantan pejabat Trump telah menyorot penelitian fungsi virus (Gain-of-function) yang dilakukan di laboratoriumnya, sebagai bukti potensi kebocoran.

Tetapi Shi menolak dia melakukan eksperimen kontroversial.

"Saya yakin saya tidak melakukan kesalahan apa pun. Jadi aku tidak perlu takut." kata Shi kepada The New York Times.

“Gain-of-function” (GOF) mengacu pada penelitian yang melibatkan pengambilan patogen dan memanipulasinya agar menjadi lebih berbahaya bagi manusia. Penelitian itu dilakukan sebagai langkah antisipasi sebelum pandemi yang dikhawatirkan terjadi.

Baca juga: Ilmuwan China di Lab Wuhan Pernah Eksperimen Membuat Virus Corona Hibrida

Hibah dari AS

Senator Amerika Serikat (AS), Rand Paul, telah menjadi salah satu kritikus paling vokal atas penelitian ini. Dia mempertanyakan apakah risiko penelitian ini sepadan dengan manfaatnya.

Politisi Partai Republik itu juga mengkritik hibah yang diterima laboratorium China dari AS. Dia meyakini itu digunakan untuk penelitian yang dinilai kontroversial tersebut.

Dr Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID), membantah hibah itu dimaksudkan untuk digunakan dalam penelitian GOF.

Namun, ketika didorong tentang bagaimana dia tahu hal itu tidak terjadi, Fauci kemudian mengaku tidak dapat menjamin bahwa uang itu digunakan untuk tujuan yang dimaksudkan.

Dia menambahkan bahwa mendukung ilmuwan China, sebagai orang yang dapat dipercaya.

Baca juga: Para Pemimpin G7 Bahas Asal Usul Covid-19 di Saat WHO Masih Buka Teori Kebocoran Lab Wuhan

Bukan penelitian kontroversial

Kepada The New York Times, Shi mengatakan labnya "tidak pernah melakukan atau bekerja sama dalam melakukan eksperimen GOF yang meningkatkan virulensi virus."

Dia berargumen eksperimennya tidak termasuk GOF. Pasalnya dia berusaha memahami bagaimana patogen dapat melompati spesies, bukan bagaimana membuatnya lebih berbahaya.

Banyak yang menolak kemungkinan bahwa Covid-19 berasal dari laboratorium. Tetapi teori tersebut mulai mendapatkan daya tarik di Washington DC.

Partai Republik telah menyerukan penyelidikan tentang asal mula pandemi.

Komunitas Intelijen juga tidak mengesampingkan laboratorium sebagai kemungkinan jadi asal usul Covid-19.

Sementera itu, Presiden Joe Biden meminta Komunitas Intelijen "menggandakan" upayanya untuk menemukan dan menganalisis data, yang dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih pasti tentang bagaimana pandemi dimulai.

Baca juga: Ahli Mikrobiologi AS Bantu Patahkan Klaim Asal-usul Covid-19 dari Laboratorium Wuhan

Masalah kepercayaan

China tidak bersikap ramah terhadap penyelidikan atau skeptisisme seputar lab, menyebutnya bertentangan dengan sains.

Para pejabat telah menggunakan laporan dari tim peneliti yang diadakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai “pintu keluar” yang membebaskan laboratoriumnya.

Laporan WHO di Wuhan iti menemukan kemungkinan besar virus melompat dari hewan ke manusia, dan laboratorium menjadi hipotesis yang paling kecil kemungkinannya.

Namun, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, mengkritik masalah yang dihadapi tim dalam mengakses data mentah.

Dia mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi kembali asal usul Covid-19.

Yang kemudian turut “menyulut” terbukanya kembali opsi untuk penyelidikan laboratorium adalah laporan dari The Wall Street Journal (WSJ).

WSJ dalam laporannya mengatakan para peneliti dari laboratorium dirawat di rumah sakit, dengan gejala seperti flu sebelum China melaporkan kasus pertama Covid-19.

Baca juga: Pakar AS Minta China Segera Rilis Catatan Medis Peneliti Wuhan

Institut Virologi Wuhan telah membantah bahwa ada anggota stafnya yang pernah menderita Covid-19. Itu mereka klaim sebagai alasan yang membuat virus tidak mungkin berasal dari laboratorium.

Shi menegaskan bahwa lab belum menemukan kasus orang yang dirawat di rumah sakit. Dia juga meminta The New York Times untuk memberikan nama para peneliti sehingga lab dapat "memeriksa."

Di jantung skeptisisme tentang asal-usul Covid-19 adalah sejarah suram China terkait transparansi.

Pasalnya “Negeri Tirai Bambu” sebelumnya diketahui telah menutupi wabah SARS, dan pembungkaman jurnalis dan dokter.

Beijing setelah itu juga tidak banyak membangun kepercayaan internasional dalam berbagi informasi negara tersebut.

Fauci, yang telah bekerja dengan para ilmuwan di China selama beberapa dekade, telah membela mereka dari serangan terhadap kemampuan mereka untuk jujur, dan memisahkan mereka dari Partai Komunis China.

"Ini bukan lagi masalah sains. Ini adalah spekulasi yang berakar pada ketidakpercayaan total," protes Shi kepada The New York Times.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com