NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Para pengunjuk rasa anti-junta militer Myanmar membanjiri media sosial dengan foto diri mereka mengenakan pakaian hitam-hitam pada Minggu (13/4/2021).
Aksi tersebut mereka lakukan dalam rangka menunjukkan solidaritas mereka untuk etnik Rohingya sebagaimana dilansir AFP.
Etnik Rohingnya merupakan kelompok minoritas yang termasuk salah satu kelompok etnik yang paling teraniaya di Myanmar.
Baca juga: Menlu China: Beijing Dukung Myanmar Pilih Jalannya Sendiri
Sejak militer menggulingkan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi, gerakan anti-junta menuntut kembalinya demokrasi dan memperjuangkan hak-hak etnik minoritas.
Rohingya merupakan kelompok etnik yang sebagian besar populasinya adalah Muslim.
Selama beberapa dekade, etnik Rohingnya mengalami diskriminasi seperti pembatasan hak, pembatasan kebebasan bergerak, dan tidak diakui kewarganegaraannya.
Monywa, Sagaing: Young Protesters of Monywa AmyintLan staged Anti-Coup Rally as the 100th day memorial of Monywa's fallen Martyrs and in support for #Black4Rohingya Campaign who were oppressed by SAC on June 13. #WhatsHappeningInMyanmar #June14Coup pic.twitter.com/zqGYmKdx2H
— Zin Ko Ko Lwin???????????????????????????? (@Lwin53559512) June 14, 2021
Para aktivis dan warga sipil ramai-ramai turun ke media sosial pada Minggu dan mengunggah foto diri mereka mengenakan pakaian hitam-hitam.
Mereka juga menunjukkan salam perlawanan yakni salam tiga jari dalam unggahan mereka dengan tanda pagar (tagar) #Black4Rohingya.
Baca juga: Pesawat Militer Myanmar Jatuh, Jumlah Korban Simpang Siur
“Keadilan harus ditegakkan untuk Anda dan kita di Myanmar,” kata aktivis hak asasi manusia Thinzar Shunlei Yi di Twitter.
Media lokal juga melaporkan adanya aksi protes kecil di Yangon. Para demonstran berpakaian hitam memegang spanduk berisi dukungan terhadap etnik Rohingya.
Pada Minggu sore waktu setempat, tagar #Black4Rohingya menjadi trending di Twitter di Myanmar dengan lebih dari 180.000 unggahan.
Pada 2017, kampanye militer berdarah di barat Myanmar membuat sekitar 740.000 orang Rohingya melarikan diri dan melintasi perbatasan ke Bangladesh.
Militer Myanmar berulangkali menjustifikasi bahwa mereka melakukan tindakan keras untuk membasmi pemberontak.
Baca juga: Junta Myanmar Minta Dokter Internasional Hentikan Aktivitasnya
Sebelum dilengserkan, Suu Kyi juga membela tindakan tentara dengan melakukan perjalanan ke Den Haag untuk membantah tuduhan genosida di pengadilan tinggi PBB.
Sebagian besar publik Myanmar sebagian sebenarnya tidak terlalu bersimpati terhadap penderitaan Rohingya.
Sementara itu, para aktivis dan jurnalis yang mengabarkan penderitaan Rohingnya mendapatkan caci maki yang pedas secara online.
Aktivis Rohingya terkemuka yang berbasis di Eropa, Ro Nay San Lwin, mengatakan kepada AFP bahwa setiap tahun digelar kampanye online untuk meningkatkan kesadaran atas penderitaan yang dialami Rohingnya.
Dan pada Minggu, San Lwin mengaku bahwa dia baru pertama kali melihat kampanye tersebut menjadi viral di Myanmar.
Baca juga: Junta Militer Myanmar Buka Kasus Korupsi Baru terhadap Aung San Suu Kyi
"Saya sangat senang melihat orang-orang di Myanmar bergabung dengan kampanye ini. Saya berharap lebih dapat menjalin solidaritas yang lebih kuat dengan mereka," tutur San Lwin.
Sementara itu, pemerintah bayangan Myanmar, National Unity Government (NUG), memperluas pengaruh mereka ke kelompok minoritas.
Mereka mengajak kelompok minoritas untuk bersatu padu menggelar revolusi untuk menggulingkan kekuasaan junta militer.
NUG terdiri atas anggota parlemen yang dilengserkan dan bekerja untuk menggulingkan junta militer Myanmar.
Junta militer Myanmar mengecap NUG sebagai teroris dan pemimpin junta Min Aung Hlaing menyebut Rohingnya sebagai “istilah imajiner”.
Baca juga: Diserang Tentara Myanmar Membabi Buta, 100.000 Orang Mengungsi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.