Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saingi China, Ini Rencana Negara G7 Bantu Negara Berkembang dan Miskin

Kompas.com - 13/06/2021, 15:37 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

CORNWALL, KOMPAS.com - Para pemimpin G7 membahas rencana membantu negara miskin dan berkembang, sebagai cara menyaingi China.

Presiden AS Joe Biden menerangkan, rencana Build Back Better World (B3W) akan menjadi alternatif berkualitas dibandingkan milik Beijing.

Dia merujuk kepada Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) milik "Negeri Panda", yang sudah membantu membangun jalan, pelabuhan, dan rel kereta di negara lain.

Baca juga: Makin Ekspansif, Investasi China di Indonesia Melonjak Dua Kali Lipat pada 2019

Namun, inisiatif itu juga menuai kritikan karena membuat banyak negara terjebak dalam utang besar.

Dalam pertemuan di Cornwall, Inggris, para pemimpin G7 menawarkan sistem kerja sama "berbasis nilai, transparan, dan berkualitas tinggi".

Meski begitu, belum dijelaskan secara gamblang bagaimana bentuk pembiayaan ketujuh negara kaya dunia itu di rencana B3W.

Kanselir Jerman Angela Merkel mengakui, mereka belum sampai pada tahap pembahasan finansial secara detil.

Dilansir BBC Sabtu (12/6/2021), AS mengkritik China karena terus melakukan "diplomasi utang" kepada negara berkembang dan miskin.

Jon Sopel, Editor BBC untuk Amerika Utara mengatakan, pertemuan tersebut adalah upaya G7 menahan pengaruh Beijing yang makin meroket.

Baca juga: Investasi China ke Arab Saudi Melonjak 100 Persen pada Semester I 2019

Dalam pandangan anggotanya, inisiatif BRI itu harus ditekan oleh demokrasi yang dibawa negara Barat.

Para pejabat senior negara Barat berargumen, investasi dari Beijing bukannya tanpa konsekuensi yang berat.

Mereka merujuk kepada dugaan kerja paksa terhadap etnis minoritas Uighur di Xinjiang, dan secara ekonomi tak bisa dibenarkan karena mencegah persaingan adil.

Sopel menjelaskan, pemerintahan Biden tidak menjabarkan seberapa banyak kontribusi Barat terhadap rencana infrastruktur global ini.

"Yang jelas, ini adalah tekad baru di antara negara Barat bahwa mereka perlu bertindak melawan China yang semakin kuat," ujar Sopel.

Baca juga: Ada Perang Dagang, Investasi China di AS Anjlok 92 Persen

Apa yang sudah dilakukan negara Barat terhadap China?

Pada awal 2021 ini, AS, Uni Eropa, Kanada, dan Inggris mengumumkan sanksi terkoordinasi kepada "Negeri Panda".

Sanksi itu menyasar para pejabat senior Xinjiang, yang dianggap melakukan pelanggaran HAM terhadap etnis minoritas setempat.

Lebih dari satu juta orang Uighur maupun etnis minoritas lain dibawa ke kamp kerja paksa di bagian barat laut Xinjiang.

Pemerintah China dituding melaksanakan sterilisasi paksa terhadap perempuan Uighur, dan memisahkan anak dari orangtua mereka.

Investigasi BBC pada Februari mengungkapkan testimoni pemerkosaan sistematis, pelecehan seksual, dan penyiksaan atas tahanan.

Baca juga: Jika Menang Pemilu, Mahathir Akan Evaluasi Investasi China di Malaysia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com