MOSKWA, KOMPAS.com - Kepala Badan Antariksa Rusia (Roscosmos), mengaku sanksi Amerika Serikat (AS) ke Rusia telah menghambat peluncuran beberapa satelit Moskwa.
Dmitry Rogozin, Kepala Roscosmos mengaku akibat sanksi AS ke Rusia itu, Kremlin tidak bisa mengimpor set microchip tertentu yang diperlukan untuk program luar angkasanya.
Baca juga: Joe Biden Tegaskan AS Bersama Eropa Lawan Rusia
“Kami memiliki lebih dari cukup roket, tetapi tidak ada yang bisa digunakan untuk meluncurkannya,” kata Rogozin berbicara kepada anggota parlemen pada Senin (7/6/2021) melansir Reuters.
"Kami memiliki pesawat ruang angkasa yang hampir dirakit, tetapi mereka tidak memiliki satu set microchip khusus yang tidak dapat kami beli karena sanksi."
Pengakuan ini terbilang jarang dilakukan oleh seorang pejabat senior Rusia. Ini secara gamblang memperlihatkan bagaimana sanksi Barat menghambat pengembangan industrinya secara serius.
Rogozin, yang berada di bawah sanksi individual dari AS dan Uni Eropa, mengatakan Rusia dapat menarik diri dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada 2025, kecuali Washington segera mencabut sanksi terhadap kontraktor ruang angkasa Rusia.
"Ini (keputusan) ada di tangan mitra Amerika kami," katanya jelang pertemuan puncak di Jenewa akhir bulan ini, antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari AS Joe Biden.
Baca juga: Biden dan Putin Segera Tatap Muka di Tengah Krisis Hubungan AS-Rusia
AS dan negara-negara Barat lainnya mulai menjatuhkan sanksi terhadap Rusia setelah aneksasi Krimea dari Ukraina pada 2014.
Baru-baru ini, sanksi AS ke Rusia diberikan atas tuduhan campur tangan pemilu, serangan dunia maya, dan peracunan kritikus Kremlin Alexei Navalny. Moskwa menyangkal tuduhan itu.
Sementara itu, Badan antariksa AS, NASA, berniat terus menggunakan ISS hingga setidaknya 2030.
Diluncurkan pada 1998, ISS adalah proyek multinasional dan terdiri dari dua segmen, segmen Rusia dan segmen lainnya digunakan oleh AS dan badan antariksa lainnya.
Bill Nelson, Pemimpin NASA, mengatakan kepada CNN pekan lalu bahwa keluarnya Rusia dapat memicu perlombaan ruang angkasa baru dengan Rusia dan China yang diadu melawan AS.
Hubungan Moskwa dengan Washington berada pada kondisi terburuk pasca-Perang Dingin awal tahun ini.
Kondisi memanas sejak Presiden AS Joe Biden menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai "pembunuh."
Sejumlah sanksi AS ke Rusia lainnya masih berlaku, antara lain termasuk di pasar utang negara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.