Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utusan HAM PBB Khawatir Banyak Korban Tewas akibat Kelaparan di Myanmar

Kompas.com - 09/06/2021, 14:18 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Dikhawatirkan akan ada banyak korban jiwa dalam skala yang besar di negara bagian Kayah, Myanmar, sejak militer melakukan kudeta pada 1 Februari.

Lebih dari 100.000 orang di negara bagian tersebut meninggalkan rumah mereka untuk menghindari konflik.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh utusan khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar Thomas Andrews pada Rabu (9/6/2021).

Baca juga: Kabur dari Junta Militer, Wartawan Myanmar Dapat Suaka dari Thailand

Militer Myanmar telah berjuang di berbagai bidang untuk menegakkan ketertiban sejak menggulingkan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dan pemerintah terpilihnya.

Kudeta tersebut ditentang oleh rakyat Myanmar dan memicu aksi protes berskala nasional sebagaimana dilansir Reuters.

Negara bagian Kayah merupakan wilayah yang berbatasan dengan Thailand.

Wilayah ini adalah salah satu dari beberapa wilayah di mana relawan Pasukan Pertahanan Rakyat bentrok dengan tentara Myanmar yang bersenjata lengkap.

Tentara Myanmar merespons perlawanan rakyat di sana dengan artileri dan serangan udara. Respons tersebut memicu orang-orang sipil terpaksa lari dari rumahnya ke hutan terdekat.

Baca juga: Singapura: Mengecewakan Progres Penyelesaian Krisis Kudeta Myanmar Sangat Lambat

"Serangan brutal junta tanpa pandang bulu mengancam kehidupan ribuan pria, wanita dan anak-anak di Negara Bagian Kayah," kata Andrews.

“Kematian massal karena kelaparan, penyakit, dan paparan, dalam skala yang belum pernah kita lihat sejak kudeta 1 Februari, bisa terjadi di negara bagian Kayah jika tidak ada tindakan segera," tutur Andrews.

Seorang aktivis di negara bagian Kayah mengatakan, banyak pengungsi tidak dapat dijangkau termasuk di Demoso, sekitar 15 kilometer dari ibu kota Kayah, Loikaw.

“Beberapa orang di sebelah timur Demoso harus bertahan hidup dengan kuah beras karena kami tidak bisa mengantarkan beras kepada mereka,” kata aktivis itu.

Dia menambahkan, junta militer bahkan menangkap tiga orang yang mencoba memberikan bantuan dalam dua pekan terakhir.

Baca juga: Bentrok dengan Warga Desa, Tentara Myanmar Bunuh 4 Orang

Aktivis tersebut berujar, aliran listrik juga telah terputus di banyak daerah. Bahkan suplai makanan dan bahan bakar minyak juga terhenti.

Dia meminta dan mendesak dunia internasional untuk segera menyalurkan bantuan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com