Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Dokter Covid-19 Malaysia, Setiap Hari Hibur Pasien Sekarat

Kompas.com - 31/05/2021, 21:45 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Setiap harinya, dokter di Malaysia hanya dapat menghibur pasien yang sekarat di samping tempat tidur mereka.

Fakta ini diberberkan Ameer Firdaus Zulkeflee, seorang dokter di unit perawatan intensif (ICU) di Rumah Sakit Raja Perempuan Zainab II, saat diwawancarai World of Buzz.

Sebelumnya pada Jumat (28/5/2021), Ameer memposting foto di Instagram Stories. Menampilkan seorang dokter garis depan berpakaian APD lengkap, memegang tangan pasien Covid-19.

Baca juga: Malaysia Lockdown Total: Semua Mall Tutup, Hanya Izinkan Sektor Esensial Beroperasi

Ameer lantas menuliskan hal yang sangat memilukan.

“Seringkali, kami adalah orang-orang yang memegang tangan mereka ketika mereka mulai menangis."

"Atau ketika mereka mengambil napas terakhir. Ini semua nyata, terjadi di seluruh rumah sakit Malaysia,” tulis Ameer.

Baca juga: Kasus Covid-19 Terus Naik, Malaysia Lockdown Nasional 1-14 Juni 2021

Ameer lantas menjelaskan bahwa banyak sekali pasien yang mereka rawat di bangsal ICU.

Dari pasien yang mampu berbicara normal dengan saluran hidung aliran tinggi sambil sesak napas, hingga yang benar-benar dibius dan membutuhkan bantuan ventilator.

Pasien juga punya telepon genggam khusus yang dipakai untuk menghubungi dan kerabatnya.

Panggilan video dilakukan setiap dua hingga tiga hari sekali, sehingga mereka dapat melihat orang yang mereka cintai.

Baca juga: Pasien Covid-19 di RSL Indrapura Surabaya Terus Meningkat Setelah Lebaran

Ameer mengakui bahwa momen paling memilukan adalah ketika anggota staf mengatur selamat tinggal melalui panggilan video.

Staf mencoba menghibur dengan berkata bahwa para pasien tidak meninggal sendirian.

“Kami melakukan video call dengan kerabat selama napas terakhir pasien sekarat. Benar-benar memilukan," ujar Ameer.

"Upaya terakhir kami adalah memberi mereka kesempatan untuk melihat orang yang mereka cintai sebelum mereka meninggal," tambahnya.

Baca juga: Cari Bukti China Rekayasa Covid-19, Inggris Rekrut Sumber di Dark Web

Ameer mengaku, para perawat tidak bisa menahan air mata mereka melihat anggota keluarga mengucap selamat tinggal pada kerabat mereka yang sekarat. Bahkan ada yang menangis saat merawat pasien dengan APD.

“Terkadang yang mereka butuhkan hanyalah sentuhan manusia. Seseorang yang dapat memegang tangan mereka dan memberi tahu mereka bahwa semuanya akan baik-baik saja dan terus berjuang," ujar Ameer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com