Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Jurnalis dari Medan Perang Gaza yang Diliputi Ketakutan

Kompas.com - 20/05/2021, 08:33 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

Terlepas dari tekanan ini, Abu Elouf mengatakan bahwa kesulitan tidak akan menghentikannya untuk melanjutkan pekerjaannya, dan itu meningkatkan tekadnya untuk meliput cerita tersebut.

"Saya mencoba untuk mengatasi situasi ini dan tetap seaman mungkin," tambahnya.

“Menyedihkan melihat menara dan gedung yang dulu tempat kami bekerja dibom. Di setiap tempat kami memiliki kenangan yang tak terlupakan," kata Abu Elouf.

Baca juga: Sistem Kesehatan di Gaza Kocar-kacir, Para Dokter Berteriak Kewalahan

Rushdi al-Sarraj

Rushdi al-Sarraj, 29, adalah seorang jurnalis dan pembuat film di perusahaan Ain Media.

“Pekerjaan saya tidak hanya meliput apa yang terjadi, tapi menggabungkan antara jurnalisme dengan aspek pembuatan film, yang fokus pada pemberitaan, apa yang ada di balik pemberitaan,” ujar Sarraj.

"Saya selalu mencari orang-orang yang selamat dari reruntuhan gedung, mencoba untuk meliput kisah mereka dengan bingkai cerita dan film pandek," terangnya.

"Tugas ini sulit dalam keadaan normal, jadi Anda bisa membayangkan bekerja di bawah serangan sengit yang tidak membedakan antara jurnalis, warga sipil, atau pemimpin militer," lanjutnya.

Mengenai pemboman gedung media oleh Israel, al-Sarraj mengatakan Israel bekerja keras "untuk membungkam gambar dan suara, dan untuk melarang berita atau informasi apa pun yang mengungkap kejahatannya".

“Pendudukan Israel membunuh banyak jurnalis Palestina. Rekan saya di perusahaan saya, Yasser Murtaja, terbunuh dalam protes damai Great March of Return dua tahun lalu, dan sekarang target jurnalis terus berlanjut,” ujarnya.

Al-Sarraj mengatakan tugas jurnalis di Gaza berbahaya, karena kurangnya alat pelindung seperti helm.

“Selalu sulit untuk memisahkan antara perasaan Anda sebagai jurnalis dan sebagai manusia ketika Anda melihat pemandangan darah yang mengerikan dan orang-orang di bawah reruntuhan,” ungkap al-Sarraj.

“Keluarga saya tidak berhenti menelepon saya, takut saya akan disakiti. Ini adalah lingkaran ketakutan dan kelelahan yang tak ada habisnya. Tapi, kami harus terus membagikan pesan kami,” pungkasnya.

Baca juga: Perancis Dorong Kembali Resolusi Gencatan Senjata atas Konflik di Gaza

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com