Berbagai kelompok bersenjata Yahudi seperti Haganah, Irgun, dan Lehi yang awalnya bersaing kini bersatu dengan tujuan sama yaitu mendongkel kekuasaan Inggris di Mandat Palestina.
Kelompok-kelompok bersenjata ini tak jarang melakukan aksi terorisme seperti pembunuhan dan penculikan para petinggi Inggris hingga meledakkan kereta api milik Inggris.
Salah satu insiden yang patut dicatat adalah pembunuhan Menteri Negara Urusan Timur Tengah, Lord Moyne pada 6 November 1944 di Kairo, Mesir, oleh dua anggota gerakan bawah tanah Yahudi, Eliyahu Bet-Zuri dan Eliyahu Hakim.
Lord Moyne dikenal sebagai salah seorang pejabat Inggris yang sangat anti-Zionis. Dia memegang teguh aturan pembatasan imigrasi Yahudi ke Palestina, seperti diatur dalam dokumen White Paper 1939.
Namun, pembunuhan Lord Moyne itu tidak mengubah kebijakan Inggris di Palestina. Justru, aksi itu malah berdampak buruk bagi gerakan Zionisme.
Pasalnya, Lord Moyne adalah sahabat dekat Perdana Menteri Inggris saat itu Winston Churchill. Alhasil, tangan kanan Ratu Inggris itu pun mempertimbangkan kembali dukungan terhadap Zionisme.
Baca juga: Israel Klarifikasi Pasukan Daratnya Sudah Menyerang Gaza
Terpisah di Eropa, Perang Dunia II akhirnya berakhir dengan kekalahan Nazi Jerman. Tetapi masih ada sekitar 250.000 orang Yahudi tersebar di berbagai kamp konsentrasi milik Jerman.
Para pemimpin Zionis pun ingin membawa rekan-rekan sebangsanya itu ke Palestina. Masalahnya, Inggris masih membatasi imigrasi Yahudi ke Palestina sesuai mandat White Paper 1939.
Situasi ini membuat perlawanan kelompok-kelompok bersenjata Yahudi di Palestina semakin keras dan semakin menebar teror.
Mereka mengebom kereta api, stasiun kereta api bahkan markas militer Inggris di Hotel King David di Jerusalem pada 22 Juli 1946.
Aksi teror yang dilakukan kelompok sayap kanan Zionis, Irgun, tersebut menewaskan 91 orang dan 46 orang lainnya terluka.
Kondisi yang semakin buruk di Mandat Palestina, menjadi berita utama berbagai koran di Inggris.
Politisi Inggris kemudian mendesak pemerintahnya segera mengatasi konflik di Palestina, untuk menyelamatkan nyawa warga dan pasukan Inggris di Palestina.
Desakan terhadap Inggris juga datang dari Amerika Serikat dan sejumlah negara yang meminta Inggris segera membuka keran imigrasi Yahudi yang selama ini ditutup.
Baca juga: Israel Umumkan Pasukan Darat dan Udara Menyerang Gaza
Berbagai investigasi pun digelar untuk memastikan kondisi sebenarnya di Palestina.