JUNEAU, KOMPAS.com - Diaspora muslim Indonesia, Dewi Loges dan Saraswati Yogyantiningtyas, yang tinggal di Alaska, berpuasa dengan mengikuti waktu Mekkah, sesuai dengan ketetapan masjid setempat.
Hal itu disebabkan oleh iklim Alaska yang ekstrem, yang menjadi tantangan saat berpuasa.
Negara bagian Alaska di Amerika Serikat terletak di bagian utara benua Amerika. Pada musim panas, Alaska mengalami waktu siang yang sangat panjang, mencapai 20 jam, dan waktu malam yang hanya beberapa jam.
Sebaliknya pada musim dingin, waktu malam sangat panjang, sedangkan waktu siang hanya beberapa jam.
Baca juga: Dubai Buka Restoran Tanpa Tirai Penutup Selama Ramadhan
Melansir VOA Indonesia pada Rabu (12/5/2021), iklim Alaska yang ekstrem menjadi tantangan bagi diaspora muslim Indonesia dalam beribadah, khususnya ketika menjalankan puasa Ramadhan.
“Puasa terasa unik di (Alaska) pada saat musim panas, karena ketika berbuka matahari masih ada. Sahur pun matahari masih ada,” ujar Saraswati Yogyantiningtyas (Saras), warga Indonesia di Alaska, kepada VOA belum lama ini.
Saras pertama kali datang ke Anchorage, Alaska, pada 2012. Pada waktu itu ia tinggal dan bekerja di daerah Prudhoe Bay, yang terletak di bagian pelosok Alaska.
“Saat puasa mengikuti waktu Alaska, saya jujur tidak sanggup puasa setiap hari. Saat berbuka jam 11 malam dan sahur jam 2 pagi,” ujar Saras.
Mengingat ada masalah kesehatan, pada waktu itu Saras hanya bisa puasa setiap dua hari sekali.
Sama halnya seperti Saras, pada waktu pertama kali menginjakkan kaki di Anchorage, sekitar 10 tahun lalu, warga Indonesia, Dewi Loges, menjalankan puasa dengan mengikuti waktu Alaska, yang mencapai sekitar 17-20 jam sehari.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.