Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tsunami Covid-19 di India Begitu Buruk, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 07/05/2021, 18:08 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

NEW DELHI, KOMPAS.com - Gawat. Seperti itulah kata yang tepat menggambarkan tsunami Covid-19 yang tengah melanda India.

Sepanjang 24 jam terakhir, negara di Asia Selatan itu mencatatkan 412.000 kasus dan hampir 4.000 kematian harian, rekor tertinggi di dunia.

Setiap hari, media lokal mengabarkan ratapan keluarga yang kehilangan kerabatnya maupun rumah sakit yang kehabisan oksigen.

Baca juga: Dalam Sepekan, Kasus Covid-19 di India Bertambah 1,57 Juta

"India hampir seperti dihantam badai yang dahsyat," kata SV Subramanian, profesor kesehatan populasi dan geografi di Sekolah Kesehatan Masyarakat TH Chan, kepada USA Today.

Tsunami Covid-19 yang menerpa "Negeri Bollywood" begitu kontras saat mereka dihantam gelombang pertama.

Pada Maret 2020, Perdana Menteri Narendra Modi mengumumkan pelarangan penerbangan baik domestik maupun internasional.

Modi juga memutuskan menutup pabrik, kantor, dan lini bisnis lain yang dianggap tidak esensial di masyarakat.

Kasus harian sempat mencapai puncaknya dengan 100.000 orang pada September. Namun, di bulan sesudahnya berangsur menurun.

Hingga akhirnya di Januari dan Februari tahun ini, New Delhi menyatakan kasus yang mereka laporkan begitu rendah.

Baca juga: Video Ungkap Pasien Covid-19 di India Meninggal di Bangsal yang Terkunci

Dilaporkan Foreign Policy, saat Januari, Modi mengeklaim mereka berhasil mengalahkan pandemi virus corona.

Saat itu, PM asal Partai Bharatiya Janata (BJP) berkoar segala upaya mereka bisa menangkal transmisi virus.

"Pemerintah hanya tidak melihat gelombang kedua datang, dan merayakannya terlalu dini," kata Dr Shahid Jameel, pakar virologi kepada BBC.

Menyusul deklarasi kemenangan tersebut, masyarakat mulai mengabaikan protokol kesehatan, seperti memakasi masker dan menjaga jarak.

Kondisi itu diperparah sejumlah menteri Modi yang kedapatan tidak mengenakan pelindung hidung saat hadir di kampanye politik.

Pemerintah India juga mengizinkan rakyat merayakan Kumbh Mela, festival keagamaan Hindu, pada April di Sungai Gangga.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Nepal dalam Ancaman Bahaya Krisis Kesehatan seperti India

Family members perform last rites of a person who died of COVID-19 as funeral pyres of other victims burn at an open crematorium set up at a granite quarry on the outskirts of Bengaluru, India, Wednesday, May 5, 2021. (AP Photo/Aijaz Rahi)Aijaz Rahi Family members perform last rites of a person who died of COVID-19 as funeral pyres of other victims burn at an open crematorium set up at a granite quarry on the outskirts of Bengaluru, India, Wednesday, May 5, 2021. (AP Photo/Aijaz Rahi)

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com