Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak Kudeta, 80 Personel Hengkang dari Angkatan Udara Myanmar

Kompas.com - 07/05/2021, 15:45 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Lebih dari 80 personel meninggalkan Angkatan Udara Myanmar sejak militer melakukan kudeta pada 1 Februari.

Para personel yang hengkang dari Angkatan Udara Myanmar itu berasal dari berbagai kepangkatan, termasuk perwira.

Kapten Lin Htet Aung dari Defense Services Academy Intake 54 mengonfirmasi laporan itu di media sosial sebagaimana dilansir The Irrawaddy, Kamis (6/5/2021).

Baca juga: Dewan Bisnis AS-ASEAN Berkomitmen Bantu Myanmar Keluar dari Krisis Kudeta

Dia menambahkan, ratusan tentara dari unit infanteri juga telah bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil (CDM).

“Lebih dari 10 perwira dari Angkatan Udara telah bergabung dengan CDM. Pangkat tertinggi dari mereka adalah kapten,” kata Lin Htet Aung yang juga sedang melakukan aksi mogok.

Para personel Angkatan Udara yang kabur tersebut berasal dari pangkalan udara dan unit komunikasi penerbangan di daerah Yangon, Mandalay, Ayeyarwady, dan Negara Bagian Kachin.

“Beberapa melarikan diri karena mereka melakukan pelanggaran. Yang lain bergabung dengan CDM atas kemauan mereka sendiri,” imbuh Lin Htet Aung.

Baca juga: Pemerintah Bayangan Myanmar Umumkan Pasukan Pertahanan Rakyat

Lin Htet Aung menambahkan, kepergian mereka bisa berdampak negatif pada fungsi administratif Angkatan Udara Myanmar.

Laporan tentang hengkangnya personel Angkatan Udara Myanmar muncul setelah satu helikopter militer Myanmar ditembak jatuh oleh Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) di Negara Bagian Kachin pada Senin (3/5/2021).

Tiga awak helikopter tewas dalam insiden itu.

Analis militer menduga, insiden itu akan mencegah jet tempur junta militer melancarkan serangan dari ketinggian tertentu.

Baca juga: Dari Pelajar hingga Dokter Latihan Militer dengan Etnis Bersenjata untuk Lawan Junta Myanmar

Sebagai pembelajaran, junta militer harus menerbangkan jet tempurnya lebih tinggi supaya menghindari sistem pertahanan udara para pemberontak.

Namun, di sisi lain, semakin tinggi jet temput diterbangkan, akan semakin sulit untuk mencapai target di darat.

“Junta harus melakukan serangan udara karena tidak bisa mengalahkan KIA dalam perang darat,” sata seorang analis kepada The Irrawaddy.

“Jadi jika ada helikopter ditembak jatuh saat terbang di ketinggian 10.000 kaki, jet tempur harus terbang di ketinggian yang lebih tinggi saat meluncurkan serangan. Namun itu akan mengurangi tingkat presisi serangan,” sambungnya.

Baca juga: Jurnalis Jepang Didakwa Junta Militer Myanmar Sebarkan Berita Bohong

Para analis juga menduga bahwa moral militer Myanmar tampaknya semakin menurun.

Pasalnya, tentara Myanmar beberapa kali dengan mudah dikalahkan oleh KIA dan Tentara Pembebasan Nasional Karen ketika kelompok ini menyerang pos-pos militer.

Sementara itu, pemerintah bayangan Myanmar yang menyebut diri mereka National Unity Government (NUG) membentuk angkatan bersenjata tandingan pada Rabu (5/5/2021).

Pembentukan angkatan bersenjata tersebut menandakan keinginan untuk meningkatkan perlawanan bersenjata terhadap junta militer yang telah menewaskan sekitar 760 warga sipil sejak kudeta Myanmar.

Baca juga: Tentara Pemberontak Etnis Myanmar Tembak Jatuh Helikopter Militer

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com