KABUL, KOMPAS.com - Siswa sekolah termasuk di antara 30 orang yang tewas dalam pemboman mobil di Afghanistan timur pada Jumat (30/4/2021), menurut pejabat setempat.
Ledakan itu meledak di dekat sebuah wisma tempat para siswa dilaporkan menginap di Pul-e-Alam, ibu kota provinsi Logar.
Saksi mata menggambarkan atap runtuh dan korban terjebak di bawah puing-puing.
Tidak jelas siapa yang berada di balik ledakan itu.
Afghanistan telah mengalami lonjakan kekerasan, sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan pasukan AS akan ditarik pada 11 September.
Bom itu meledak sekitar pukul 19:00 waktu setempat (10:30 WIB), merusak bangunan, termasuk wisma sipil setempat, menurut laporan dari tempat kejadian melansir BBC.
Beberapa dari mereka yang tewas tinggal di wisma. Termasuk di antaranya siswa sekolah menengah di kota yang menginap untuk mengikuti ujian masuk universitas, kata Hasibullah Stanekzai, kepala dewan provinsi Logar.
Sebanyak 90 orang terluka akibat ledakan itu, kata juru bicara kementerian dalam negeri Afganistan Tariq Arian.
Baca juga: Biden Tarik Pasukan dari Afganistan, Begini Komentar Obama
Dia mengatakan ledakan itu menyebabkan kerusakan luas di daerah itu, termasuk rumah sakit dan rumah tinggal.
Atap rumah roboh dan orang terjebak di bawah puing-puing, katanya.
"Pasukan keamanan berusaha menyelamatkan mereka yang terjebak."
Rekaman yang beredar online menunjukkan seorang korban ditarik dari puing-puing. Sebuah bangsal di rumah sakit terdekat tampaknya mengalami kerusakan akibat ledakan.
Mobil itu meledak di dekat rumah mantan kepala dewan provinsi dan tidak jauh dari rumah sakit, kata Didar Lawang, juru bicara gubernur Logar, kepada kantor berita Reuters.
Kedutaan Besar Inggris di Kabul mengutuk serangan itu, dengan mengatakan "kekerasan tidak masuk akal terhadap warga sipil ini harus dihentikan".
Ledakan itu terjadi sehari sebelum militer AS secara resmi mulai menarik pasukannya yang tersisa dari Afghanistan.
Baca juga: Video Ledakan Besar Pelabuhan Afganistan, 100 Kapal Tanker Hangus, 20 Orang Luka
Presiden AS Joe Biden mengumumkan awal bulan ini bahwa semua pasukan Amerika akan meninggalkan Afghanistan pada peringatan 20 tahun serangan 11 September 2001.
Keputusan itu membuat marah Taliban yang telah menandatangani kesepakatan dengan Presiden AS sebelumnya Donald Trump.
Perjanjian itu menyetujui semua pasukan akan meninggalkan negara itu pada 1 Mei jika militan mendukung kesepakatan tersebut.
Negara ini telah mengalami peningkatan kekerasan militan dalam beberapa bulan terakhir, termasuk peningkatan korban sipil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.