Tiwari tidak dapat menemukan obat itu di toko obat mana pun, akhirnya ia beralih ke pasar gelap.
Baca juga: Calon Suami Positif Covid-19, Pengantin India Ini Menikah Pakai APD
Kondisi saudara laki-lakinya terus menjadi kritis dan dokter yang merawat mengatakan dia mungkin segera membutuhkan rumah sakit, di mana remdesivir dapat diberikan.
"Tidak ada tempat tidur. Apa yang akan saya lakukan? Saya bahkan tidak bisa membawanya ke tempat lain, karena saya sudah menghabiskan begitu banyak uang dan tidak banyak yang tersisa," ungkapnya.
Dia juga mengungkapkan bahwa "perjuangan putus asa untuk menyelamatkan pasien Covid-19, telah bergerak dari rumah sakit ke rumah", dan bahkan itu terbukti menjadi tugas yang menakutkan karena "kami tidak memiliki akses yang mudah ke oksigen".
Remdesivir sangat sedikit, sehingga keluarga pasien yang dirawat di rumah berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Mereka ingin memiliki remdesivir, jika pasien harus pergi ke rumah sakit dan mungkin membutuhkan obat tersebut.
BBC berbicara dengan beberapa toko di pasar gelap yang mengatakan bahwa pasokan terbatas dan itulah mengapa mereka mengenakan harga tinggi.
Pemerintah telah mengizinkan 7 perusahaan untuk memproduksi remdesvir di India dan mereka telah diberitahu untuk meningkatkan produksi.
Baca juga: WHO: Situasi Covid-19 di India Sangat Memilukan
Namun, beberapa janji pasokan yang memadai dari pemerintah gagal membuahkan hasil di lapangan.
Ahli epidemiologi, Dr Lalit Kant mengatakan, keputusan untuk meningkatkan produksi sudah terlambat dan pemerintah seharusnya bersiap untuk gelombang kedua.
"Tapi, entah kenapa obat itu tersedia di pasar gelap, jadi ada beberapa kebocoran di sistem suplai yang belum bisa disambungkan oleh regulator," ujar Kant.
"Kami tidak belajar apa-apa dari gelombang pertama," lontarnya.
Obat lain yang sangat banyak dicari adalah tocilizumab. Ini biasanya digunakan untuk mengobati radang sendi, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa hal itu dapat mengurangi kemungkinan pasien menggunakan ventilator.
Dokter meresepkan obat tersebut kebanyakan untuk pasien yang sakit parah. Namun, obat itu sudah hilang dari pasaran.
Baca juga: Kengerian Covid-19 di India: Seorang Ibu Dibuang Anaknya di Jalanan
Cipla, perusahaan India yang mengimpor dan menjual obat tersebut, telah berjuang untuk memenuhi permintaan yang meningkat, menurut laporan.
Harga tocilizumab umumnya sekitar 32.480 rupee (Rp 6,3 juta) untuk botol 400 mg.
Namun, Kamal Kumar harus membayar 250.000 rupee (Rp 48,6 juta) untuk membeli satu dosis untuk ayahnya.
Dia mengatakan harganya "sangat mengejutkan", tetapi dia tidak punya pilihan lain selain membayar.
Pakar kesehatan masyarakat Anant Bhan mengatakan pemerintah seharusnya membeli obat dalam jumlah besar karena tidak banyak yang mampu membelinya di pasar gelap.
"Ini menunjukkan tidak ada perencanaan. Pemerintah gagal mengantisipasi gelombang dan merencanakannya," ujarnya.
"Orang-orang dibiarkan pada nasib mereka sendiri," ujar Anant Bhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.