Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasok Tabung Oksigen Rumah Sakit di India Kosong Saat Kasus Covid-19 Melonjak

Kompas.com - 23/04/2021, 17:19 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Newsweek

NEW DELHI, KOMPAS.com - Pengadilan New Delhi pada Rabu (21/4/2021), memerintahkan industri dalam negeri untuk mengirim pasokan tabung oksigen ke rumah sakit, demi menyelamatkan nyawa di tengah lonjakan kasus Covid-19 di India.

"Anda tidak dapat membiarkan orang-orang meninggal karena tidak ada (pasokan) tabung oksigen. Mohon, pinjamkan atau dicuri, ini (kasus Covid-19) darurat nasional," ujar hakim seperti yang dilansir dari Newsweek pada Rabu (22/4/2021).

Pernyataan hakim menanggapi petisi dari rumah sakit New Delhi yang meminta dukungan pengadilan, menurut laporan Associated Press (AP).

Baca juga: Kasus Covid-19 Muncul di Puncak Gunung Everest

India melaporkan tambahan kasus terbaru Covid-19 yang dicatat secara global ada 314.000 pada Kamis (22/4/2021), sehingga total jumlah kasusnya hampir 16 juta, kedua terbesar setelah Amerika Serikat.

Angka kematian kasus virus corona di India naik 2.104 dalam 24 jam terakhir, meningkat jumlah kematian keseluruhan di India menjadi 184.657, menurut Kementerian Kesehatan.

Tempat kremasi utama di Lucknow, ibu kota negara bagian Uttar Pradesh, menerima hampir 200 jenazah pada Minggu (18/4/2021), menurut laporan AP.

"Mayat ada di mana-mana, mereka dikremasi di pinggir jalan yang seharusnya untuk pejalan kaki. Saya belum pernah (melihat) jumlah mayat seperti ini dalam hidup saya," ujar Shekhar Chakraborty (68 tahun).

Lockdown dan pembatasan ketat menimbulkan luka, ketakutan, dan penderitaan bagi banyak orang di New Delhi dan kota-kota lainnya.

Baca juga: Kengerian Covid-19 di India, Pasangan Pengantin Baru Dikremasi Bersama Ratusan Korban Meninggal Lain

"Tingkat pengujian sangat rendah, sehingga orang tidak dites dan kemudian meninggal karena stroke atau serangan jantung, yang kemungkinan terkait Covid-19 tidak akan dilaporkan sebagai kematian karena Covid-19," kata Ramanan Laxminarayan, seoorang ekonom dan epidemolog, yang merupakan pendiri dan direktur Center for Disease Dynamics, Economics & Policy, kepada Yahoo News.

Di India, ambulans bergegas dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, mencoba mencari tempat tidur kosong, adegan yang sudah akrab di seluruh negeri.

Kerabat yang berduka berbaris di luar krematorium di mana jumlah mayat melonjak beberapa kali lipat.

"Saya mendapat banyak telepon setiap hari dari pasien yang sangat membutuhkan tempat tidur (rumah sakit). Permintaannya jauh melebihi yang tersedia," kata Dr Sanjay Gururaj, seorang dokter di Rumah Sakit dan Pusat Penelitian Shanti yang berbasis di Bengaluru.

"Saya mencoba mencarikan tempat tidur untuk pasien setiap hari, dan sangat membuat frustrasi karena tidak dapat membantu mereka," ujarnya.

Baca juga: Covid-19 Singapura Kembali Merebak, 1.200 Pekerja Asing Dikarantina

"Dalam seminggu terakhir, 3 pasien saya meninggal di rumah karena mereka tidak bisa mendapatkan tempat tidur. Sebagai seorang dokter, itu rasanya mengerikan," ungkapnya.

Yogesh Dixit, seorang penduduk negara bagian Uttar Pradesh utara, mengatakan pada awal pekan ini bahwa dia harus membeli 2 tabung oksigen masing-masing seharga 160 dollar AS (Rp 2,323 juta).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

Global
Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Global
Unilever Tarik Kembali Produk Magnum Almond Terkait Kontaminasi Plastik dan Logam di Inggris dan Irlandia

Unilever Tarik Kembali Produk Magnum Almond Terkait Kontaminasi Plastik dan Logam di Inggris dan Irlandia

Global
Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut di Malaysia, 10 Korban Tewas, Tak Ada yang Selamat

Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut di Malaysia, 10 Korban Tewas, Tak Ada yang Selamat

Global
Rishi Sunak Janjikan Paket Militer untuk Ukraina hingga Rp 10 Triliun

Rishi Sunak Janjikan Paket Militer untuk Ukraina hingga Rp 10 Triliun

Global
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Kim Jong Un Awasi Latihan Serangan Balik Nuklir

Kim Jong Un Awasi Latihan Serangan Balik Nuklir

Global
Ketegangan Geopolitik Iran Vs Israel Memuncak: Dunia Gelisah

Ketegangan Geopolitik Iran Vs Israel Memuncak: Dunia Gelisah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com