Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Orang Kaya di China jika Punya Masalah dengan Pemerintah

Kompas.com - 23/04/2021, 04:31 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

BEIJING, KOMPAS.com - Semakin banyak orang kaya di China, akan mendatangkan risiko menjadi perhatian pemerintah atas berbagai tindakan yang mereka lakukan.

Salah seorang di antaranya adalah Jack Ma, yang memiliki kekayaan sekitar 50 miliar dollar AS (lebih dari Rp 65 triliun), yang tiba-tiba menghilang tahun lalu.

Padahal, pendiri usaha bernama Alibaba ini sebelumnya hendak meluncurkan sebuah usaha baru lagi.

Baca juga: Dituding Dominasi Pasar, China Denda Perusahaan Jack Ma Puluhan Triliun

Jack Ma yang sebelumnya sudah memiliki perusahaan teknologi keuangan Alipay akan meluncurkan Ant Group yang akan go public di Bursa Saham Hong Kong dan Shanghai.

Ini akan menjadi peluncuran perusahaan terbesar dalam sejarah dengan perkiraan dana baru yang masuk sebesar 34,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 501 triliun) dan membuat nilai perusahaan Ant ini menjadi 300 miliar dollar AS (sekitar Rp 4,3 kuadriliun).

Namun, dua hari menjelang Ant go public pada tanggal 5 November lalu, Jack Ma kemudian menghilang.

Selama tiga bulan lamanya rumor yang beredar mengatakan bahwa Jack Ma menjalani tahanan rumah dan bahkan ada yang mengatakan dia meninggal dunia.

Akhirnya pada Januari 2021, Jack Ma muncul dalam rekaman sebuah video saat ia berbicara dalam sebuah acara amal.

Sejak kemunculannya itu, dia kemudian terlihat sedang bermain golf di pulau Hainan. Tampaknya Jack Ma yang sebelumnya sering tampil di depan umum sekarang berusaha untuk tidak banyak tampil.

Jack Ma bukanlah satu-satunya orang terkenal yang kemudian menjadi perhatian Partai Komunis China.

Menjadi orang yang super kaya di China juga mendatangkan risiko berbahaya dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Sempat Bersitegang, Pemerintah China Kini Puji Jack Ma Ternyata Ini Alasannya

Biarkan mereka kaya dulu

Pada 1960-an, terjadi Revolusi Kebudayaan di China, di mana pemimpin negara tersebut, Mao Zedong, melancarkan serangan terhadap para intelektual dan orang-orang kaya di sana, sehingga menimbulkan banyak kekacauan.

Pada 1978, dua tahun setelah Mao Zedong meninggal dunia, Deng Xiaoping yang menggantikannya mengatakan bahwa China tidak lagi memiliki plihan, dan harus "membiarkan beberapa orang menjadi kaya dulu".

Sejak itu pertumbuhan ekonomi China menjadi luar biasa pesat, sehingga menciptakan lebih banyak miliarder dibandingkan negara-negara lainnya.

Beijing sendiri sekarang telah menjadi rumah untuk banyak miliarder di dunia, melebihi kota-kota lainnya, termasuk New York.

Bahkan masa pandemi Covid-19 pun tidak memperlambat laju kekayaan, dengan para orang kaya di China menambah kekayaan mereka sebanyak 1,94 triliun dollar Australia (Rp 21,7 kuadiriliun).

Ini sangat berbeda dari 1970-an, ketika menjadi kaya malah mendapat sorotan tajam saat 88 persen warga China ketika itu hidup dengan uang 2,59 sehari dollar Australia (sekitar Rp 29 ribu).

Namun, menjadi kaya di negeri yang masih menyebut diri sebagai negara sosialis juga mendatangkan risiko.

Pada 2018, bintang film yang mendapat bayaran tertinggi di China, Fan Bingbing menghilang selama beberapa bulan setelah seorang presenter televisi membocorkan di media sosial China Weibo, bahwa Bingbing memiliki dua versi kontrak dalam pembuatan film Cell Phone 2.

Kontrak pertama mengatakan dia mendapatkan bayaran 10,8 juta dollar AS (Rp 157 miliar), sementara kontrak satunya lagi menyebutkan ia hanya mendapat bayaran 1,9 juta dollar Australia (Rp 21,3 miliar).

Muncul tuduhan bahwa Fan Bingbing menggunakan dua kontrak berbeda yang disebut sebagai "yin-yang" untuk mengurangi pembayaran pajak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com