Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Gado-gado yang Jadi "Raja Salad" di Ibu Kota Finlandia...

Kompas.com - 22/04/2021, 16:55 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

HELSINKI, KOMPAS.com - Gado-gado makanan yang banyak dijumpai dan merakyat di Indonesia, tak disangka justru menjadi "raja salad" di Finlandia.

Popularitas gado-gado di Helsinki ibu kota Finlandia bahkan membuatnya jadi salah satu menu terfavorit, hampir menyamai rendang yang popularitasnya sudah mendunia.

Bali Brunch restoran Indonesia milik WNI di Finlandia, berkontribusi besar membuat gado-gado populer di kalangan masyarakat negara Skandinavia tersebut.

Baca juga: Ini Cara Finlandia Jadi Negara Paling Bahagia Sedunia, Bisakah Indonesia Tiru?

Galih Ganesha Putra Bulgamin (38) co-founder dan co-owner Bali Brunch Helsinki bercerita, gado-gadonya bisa laku 20-30 porsi sehari dalam masa normal (sebelum pandemi Covid-19).

Untuk kota yang hanya berpopulasi sekitar 950.000 orang, penjualan puluhan porsi gado-gado itu termasuk memuaskan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Bali Brunch (@balibrunchhelsinki)

"Bahan-bahannya khas Indonesia. Rasa coba sedekat mungkin kita bisa, cuma secara keseluruhan makanan kita cukup fusion," terang Galih dalam video call dengan Kompas.com, Rabu (7/4/2021).

Gado-gado racikan Bali Brunch Helsinki tanpa telur karena termasuk menu vegetarian, tidak direbus, dan sayurannya kukus.

"Jadi kita pakai baby spinach, pakai ruccola. Di Indonesia kan enggak pakai ruccola gado-gado. Cuma paduan rasanya sama aja kayak makan karedok enak," lanjut Galih yang sudah menetap di Finlandia selama 22 tahun.

Gado-gado khas Bali Brunch Helsinki dipatok seharga 12 euro per porsi, atau sekitar Rp 210.000.

Harga yang tinggi untuk ukuran di Indonesia, namun di Helsinki itu termasuk pas, tidak murah tapi juga tidak kemahalan.

"Hitungan di sana pas. Paling murah 6-7 euro (Rp 105.000-122.000), seperti McDonald's. Kalau ke restoran fine dining bisa habis sekitar 18 euro (Rp 315.000)," urai Galih saat menerangkan kisaran harga makanan di Helsinki.

Baca juga: Seperti Apa Kehidupan di Negara Paling Bahagia Sedunia? WNI di Finlandia Bercerita...

Galih Ganesha Putra Bulgamin (kiri) bersama tim Bali Brunch.DOK GALIH GANESHA PUTRA BULGAMIN Galih Ganesha Putra Bulgamin (kiri) bersama tim Bali Brunch.
Awal mula membuka Bali Brunch

Kepada Kompas.com Galih bercerita, awal mula ide membuat Bali Brunch berasal dari coffee shop tahun 2011, yang karena waktu itu masyarakat belum "demam kopi" jadi agak susah mengembangkannya.

Kebetulan saat itu di Finlandia ada event Restaurant Day yang digelar empat kali setahun. Di Restaurant Day semua orang boleh berjualan makanan tanpa harus izin dulu dan tanpa bayar pajak.

Galih beserta rekan-rekannya lalu coba-coba menjual makanan Indonesia. Hasil penjualannya ternyata lumayan menggiurkan, dan dari situ dari coffee shop mereka beralih ke makanan Indonesia.

Nama Bali kemudian dipilih karena sudah mendunia, dan nama brunch berasal dari kedai kopinya yang menyewa tempat untuk restoran dari jam 11.00-17.00 waktu setempat.

Pria campuran Ambon-Padang itu menerangkan, PT untuk Bali Brunch baru berusia 2,5 tahun. Secara brand mereka sudah sejak 2014, tapi waktu itu baru semacam jualan di rumah, kecil-kecilan, dan coba-coba.

"Pas kita bikin perusahaan segala macam namanya sudah terlalu bagus, terlalu keren untuk ganti nama," kata Galih.

Baca juga: Cerita WNI di Finlandia: Penganggur Dapat Rp 13 Juta Sebulan, Tidak Ada Copet

Bali Brunch total dimiliki bersama oleh enam orang, yaitu Galih sendiri, Marissa Bulgamin, Anggi Bulgamin, Sandra Bulgamin, Dewi Loho, dan Ilkka Huuhka. Nama terakhir merupakan orang Finlandia.

Marissa adalah istri Galih, sedangkan Anggi adalah adik Galih dan merupakan suami Sandra.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com