Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Jess, Model yang Foto Telanjangnya Beredar di Internet, Mengusut Penyebarnya

Kompas.com - 18/04/2021, 09:29 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Jika seseorang setuju untuk melakukan obrolan seks atau pornografi maka saya tidak melihat ada yang salah dengan itu, tetapi saya tidak pernah melakukan pornografi dan saya tidak menyetujui foto-foto saya digunakan untuk hal itu.

Melihat semua bukti itu dengan mata sendiri benar-benar bikin sakit. Masalahnya begitu besar, saya tidak tahu apakah akan bisa menanganinya, tetapi setidaknya saya perlu tahu mengapa hal itu terus terjadi.

Menurut Laura, sebagian alasannya adalah karena saya memiliki beragam foto rumahan dalam keadaan santai di akun media sosial saya, yang dapat dipadukan dengan gambar model-model glamor masa lalu. Ini berarti lebih mudah untuk menciptakan persona lebih utuh menggunakan foto-foto tersebut.

Baca juga: Pasutri Bulan Madu Kelihatan Telanjang dari Luar, Hotel Bintang 5 Dipolisikan

"Gambar-gambar kamu sangat sangat realistis," kata Laura. "Banyak orang seperti kamu yang profilnya terbuka (untuk diakses) karena tuntutan pekerjaan. Ini yang membuat jauh lebih mudah bagi para penipu karena gampang masuk dan tinggal mencomot materinya."

Foto-foto lama telanjang dada itu rasa-rasanya benar-benar menghantui saya. Di setiap situasi, saat bertemu dengan kenalan-kenalan, membuat saya mengira-ngira apakah mereka juga telah melihat foto-foto itu. Apa yang akan mereka pikirkan bila mencari data saya lewat Google?

Saat kali pertama memutuskan untuk berfoto telanjang dada ketika masih remaja, saya tidak punya gambaran seperti apa internet berdampak.

Begitu ada foto kita yang diunggah ke internet, maka tetap ada di situ selamanya dan tampaknya bakal dipakai begitu saja oleh orang lain sesukanya tanpa ada perasaan bersalah.

"Foto-foto saya ada di mana-mana, dan berulang kali terjadi"

Di Inggris ada aturan-aturan soal foto yang bisa disebarkan atau digunakan secara daring, namun tidak semuanya cocok dalam seperangkat aturan yang solid.

Ada undang-undang hak cipta bahwa bila kita membuat foto dan memiliki royaltinya, maka kita bisa menuntut foto yang dimuat tanpa izin untuk dicabut.

Tantangan yang saya temui yaitu banyak foto tentang saya tapi bukan saya yang memfoto, jadi saya tidak punya hak ciptanya.

Jika seseorang menggunakan foto kita untuk memancing orang, maka hal itu dapat ditindak oleh undang-undang soal penipuan, namun ini tergantung pada situasinya.

Ada juga aturan-aturan lebih baru terkait dengan apa yang disebut "pornografi balas dendam" (revenge porn) - yang diartikan sebagai pelecehan seksual berbasis gambar.

Baca juga: Tradisi Tes Keperawanan dari Raja Zulu, Ratusan Gadis Menari Telanjang Dada

Revenge porn, yang menyebarkan foto atau tayangan video seks pribadi seseorang tanpa izin, sudah menjadi tindak kriminal di Inggris dan Wales pada April 2015. Undang-undang serupa kemudian juga berlaku di Irlandia Utara dan Skotlandia.

Namun, agar bisa ditindak, kita butuh bukti bahwa ada maksud untuk menyebabkan kerugian bagi orang yang foto-fotonya disebarkan dan pembuktian adanya maksud itu dari pelaku bisa menjadi sangat sulit.

Terlebih lagi, Internet sudah mengglobal dan hukum-hukum yang ada hanya berlaku di satu negara itu saja, sedangkan foto-foto saya sudah di mana-mana dan berulang kali terjadi.

"Hancur hati saya. Seberapa sering foto-foto saya dipakai?"

Saya tidak pernah tahu siapa orang-orang yang menggunakan foto-foto saya dan saat itulah melintas istilah "e-whoring," versi yang lebih ekstrem dari istilah "catfishing" dengan menggunakan foto-foto telanjang.

Foto-foto orang - kebanyakan perempuan - didagangkan dan dijual paketan di kalangan penipu. Mereka kemudian menyaru sebagai perempuan-perempuan itu untuk mendapat uang dari korban yang tidak menaruh curiga.

Melihat laman-laman tempat foto-foto itu dijual telah mengkhawatirkan. Gambar-gambar orang itu didagangkan dan dijual seperti kartu Pokemon. Muncul pula komunitasnya di forum-forum daring atau ruang-ruang chat yang jadi media perdagangan foto-foto tersebut.

Kadang-kadang mereka yang masuk dalam komunitas itu minta tolong untuk mengidentifikasi sejumlah perempuan sehingga mereka bisa mendapat foto-foto perempuan itu lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com