PUTRAJAYA, KOMPAS.com - Setelah lebih dari satu dekade bereksperimen, tiga petani Malaysia mengatakan bahwa mereka telah menemukan ramuan nutrisi dan perawatan yang tepat untuk berhasil menanam melon Jepang, salah satu buah termahal di dunia.
Para petani di perusahaan Malaysia, Mono Premium Melon, secara teratur menggosok melon dengan kain lembut atau sarung tangan, sebuah praktik yang disebut "tama-fuki" sebagaimana dilansir VOA Indonesia.
Baca juga: Jalankan Puasa, 2 Satpam di Malaysia Ini Disiksa Majikan
Praktik ini diyakini dapat meningkatkan cita rasa melon. Selain itu, para petani juga memutar musik klasik melalui pengeras suara di rumah kaca, yang diyakini dapat merangsang pertumbuhan buah itu.
"Setiap melon Jepang yang Anda lihat di pertanian kami hampir seperti karya seni," kata Seh Cheng Siang, direktur dan salah satu pendiri Mono, di perkebunan perusahaan di ibu kota administratif Malaysia, Putrajaya.
Sejak abad terakhir, petani di Jepang telah menyempurnakan seni budidaya melon ini, yang dihargai mahal karena rasanya dan bentuknya yang bulat. Buah tersebut dijual di toko-toko kelas atas sebagai barang mewah.
Dalam upaya untuk menyamai kualitas itu, para petani Malaysia harus berjuang dengan iklim tropis negara itu yang panas dan lembab, jauh dari kondisi iklim di Jepang.
Baca juga: Bulan Puasa Tiba, Malaysia Longgarkan Aturan Covid-19
“Kami harus memastikan bahwa nutrisi, penyiraman dan pemupukan dilakukan dengan sangat konsisten dan tepat,” kata Seh seraya menambahkan bahwa mereka mencoba menanam lebih dari 10 varietas melon Jepang, sebelum mereka menemukan yang tepat.
Setelah membawa bibit melon dari Jepang, para petani Malaysia melakukan perjalanan ke perkebunan Jepang untuk mempelajari metode budidaya yang akan dicoba dan ditiru di Malaysia.
Mereka juga menggunakan metode coba-coba dalam mengatasi tantangan seperti menentukan komposisi nutrisi optimal yang diberikan pada tanaman melon.
Sebanyak 200 melon pilihan Mono yang pertama telah terjual habis, terutama melalui penjualan online.
Melon tersebut dijual masing-masing dengan harga 168 ringgit atau sekitar Rp 590.000, hanya sepertiga dari harga biasanya varietas Jepang.
Baca juga: Wakil Menteri di Malaysia Tertidur Saat Acara Sekolah, Berulang Kali Dibangunkan Tidak Merespons
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.