TEHERAN, KOMPAS.com – Iran mengeklaim bahwa pihaknya berhasil memperkaya uranium hingga 60 persen.
Klaim tersebut disampaikan Ketua Parlemen Iran Mohammad Bagher Ghalibaf melalui Twitter pada Jumat (16/4/2021) sebagaimana dilansir The National.
Baca juga: Sejarah Hubungan Iran-Israel: dari Bersekutu hingga Jadi Lawan Mematikan
Dia mengatakan bahwa pukul 12.40 malam, ilmuwan-ilmuwan Iran yang muda memperoleh 60 persen produk uranium yang diperkaya.
Sebelumnya, pada Selasa (13/4/2021), Iran menyatakan telah mulai memperkaya uranium ke tingkat kemurnian 60 persen.
Pernyataan pada Selasa itu dikeluarkan setelah fasilitas nuklir Iran, Natanz, mengalami insiden yang diduga karena serangan siber.
Iran menyalahkan Israel atas insiden di Natanz. Insiden itu membuat jaringan listrik padam.
Baca juga: Iran Klaim Fasilitas Nuklir Natanz Disabotase, Pelakunya Disebut Israel
Listrik yang padam mengakibatkan kerusakan pada alat centrifuge yang digunakan untuk memperkaya uranium.
Kepala negosiator negara itu, Abbas Araghchi, mengonfirmasi eskalasi yang ada menjelang negosiasi terbaru mengenai kesepakatan nuklir 2015 di Wina, Austria.
Iran menuntut AS mencabut semua sanksi sebelum pihaknya kembali ke kesepakatan nuklir. Washington, di sisi lain, menuntut Iran kembali ke kesepakatan sebelum mencabut sanksi.
Di bawah kesepakatan nuklir 2015, Iran seharusnya berkomitmen untuk membatasi pengayaan uranium hanya sampai 3,67 persen.
Baca juga: Iran Sebut Ada Teroris yang Menyerang Fasilitas Nuklirnya
Namun, Iran telah meningkatkan pengayaan uraniumnya hingga mencapai 20 persen pada Januari.
Iran getol memperkaya uraniumnya setelah mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik Washington dari kesepakatan itu.
Dan sejak saat itu, Iran disebut-sebut atas beberapa pelanggaran oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Baca juga: Terjadi Kecelakaan di Fasilitas Nuklir Iran, Kedua Kalinya di Natanz sejak 2020
Pada Kamis, Presiden Iran Hassan Rouhani mengeklaim bahwa Teheran mampu memperkaya uranium hingga 90 persen, kemurnian yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir.
Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengatakan, rencana Iran untuk memperkaya uranium hingga 60 persen jelas merupakan pengembangan senjata nuklir.
Abdoul Gheit menambahkan, rencana Iran tersebut juga merupakan perpanjangan dari tindakan destabilisasi di Timur Tengah.
Baca juga: 3 Bulan Ditahan Iran, Kapal Tanker Korea Selatan Akhirnya Dibebaskan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.