Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 454 Pasukan Tewas dalam Perang Dua Dekade, Inggris Akan Ikuti AS Tarik Pasukan dari Afganistan

Kompas.com - 15/04/2021, 13:51 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

LONDON, KOMPAS.com - Hampir semua pasukan Inggris akan ditarik dari Afghanistan, menyusul pengumuman Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bahwa pasukan AS akan meninggalkan negara tersebut pada 11 September.

Presiden Biden akan menarik semua pasukan dari Afganistan sebelum peringatan 20 tahun serangan 9/11 tahun ini. Dengan ini perang terpanjang AS akhirnya berakhir, meski kekhawatiran meningkat akan Taliban.

Penarikan itu hanya menunda sekitar lima bulan kesepakatan dengan Taliban yang dibuat oleh mantan presiden AS Donald Trump

Baca juga: Biden Tarik Pasukan dari Afganistan, Begini Komentar Obama

Times melaporkan, Inggris sekarang menyusun rencana untuk menyerahkan kendali akademi “Sandhurst” di Kabul, di mana pasukan membantu melatih tentara Afghanistan untuk membantu pemerintah.

Daily Mail mewaetakan pada Rabu (14/4/2021), ada sekitar 750 tentara Inggris di Afghanistan. Mereka akan kesulitan tanpa dukungan tentara AS, karena bergantung pada pangkalan dan infrastruktur “Negeri Paman Sam.”

Per Juli 2015, sebanyak 454 personel pasukan Inggris atau warga sipil Kementerian Pertahanan tewas saat bertugas di Afghanistan sejak dimulainya operasi pada Oktober 2001.

Dari jumlah tersebut, 405 orang tewas akibat bentrokan. Sebanyak 49 diketahui meninggal karena sakit, cedera non-pertempuran atau kecelakaan, atau belum secara resmi dinyatakan sebagai penyebab kematian.

Menyusul kecelakaan helikopter pada 11 Oktober 2015, 2 personel Inggris lainnya tewas saat bertugas di Afghanistan. Insiden ini menjadikan jumlah total kematian pasukan militer Inggris menjadi 456.

Sebagian besar pasukan Inggris di Afghanistan terlibat dalam misi di ibu kota, yang terlibat dalam pengamanan VIP.

Baca juga: Ledakan Besar di Pelabuhan Afganistan, 100 Kapal Tanker Hangus

Konflik dua dekade itu telah menyebabkan puluhan ribu kematian secara keseluruhan, dengan sangat sedikit dari tujuan yang ditetapkan di awal yang benar-benar tercapai.

AS menginvasi Afghanistan pada Oktober 2001 dalam misi kontra-terorisme. Mereka berusaha menangkap atau membunuh para pemimpin Al Qaeda yang mengatur serangan teror 9/11, dan menggusur pemerintah Taliban yang melindungi kelompok itu.

NATO, tiba di negara itu dua bulan kemudian dengan misi untuk mengamankan provinsi Kabul sehingga pemerintahan baru dapat dibentuk di sana.

Tetapi tujuan dengan cepat berubah. Tujuan baru untuk membangun kembali Afghanistan sebagai negara yang stabil dan demokratis di Timur Tengah muncul, dan perang terus berlanjut.

Operasi militer diperluas. Pada 2003, misi NATO meluas ke seluruh negeri dan pasukan menjadi lebih terlibat dalam pertempuran bersama pasukan reguler AS.

Puncaknya pada 2011, NATO menurunkan sekitar 130.000 orang yang ditarik dari 50 negara.

Pada 2014, tanggung jawab utama untuk keamanan diserahkan kepada pemerintah Afghanistan. Saat ini, ada sekitar 10.000 tentara dari 36 negara yang ditempatkan di sana dalam peran dukungan dan pelatihan.

Baca juga: Korban Sipil Konflik Afghanistan-Taliban 2020 Capai 8.820, Meningkat Setelah Pembicaraan Damai

Selama waktu itu, sekitar 3.500 pasukan koalisi tewas dalam pertempuran, sebagian besar sekitar 2.400 adalah orang AS.

Inggris kehilangan sekitar 450 tentara, jumlah tertinggi kedua. Sebagian besar tewas di provinsi Helmand dan Kandahar, ketika mereka mengambil alih operasi tempur dari AS.

Di pihak Afghanistan, diperkirakan lebih dari 110.000 telah tewas, termasuk sedikitnya 31.000 warga sipil yang sebagian besar terkena serangan udara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Global
7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

Global
Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Global
China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Global
AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

Global
Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

Global
Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com