Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belasan Dokter Ditangkap dan Didakwa oleh Junta Militer Myanmar

Kompas.com - 15/04/2021, 09:40 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Junta militer Myanmar menuntut setidaknya 19 dokter yang berpartisipasi dalam gerakan pembangkangan sipil.

Setelah militer Myanmar mengambil alih kekuasaan dan menahan Aung San Suu Kyi pada 1 Februari, gerakan pembangkangan sipil muncul dan menolak kudeta tersebut.

Baca juga: PBB Takut Konflik di Myanmar Akan Seperti Perang Saudara di Suriah

Para dokter, perawat, dan mahasiswa kedokteran ikut turun ke jalan atau melakukan mogok untuk menentang kudeta militer.

Kini, belasan dokter telah ditahan dan dituntut karena terlibat dalam protes pembangkangan sipil sebagaimana dilansir Associated Press, Rabu (14/4/2021).

Para dokter tersebut didakwa mendukung dan berpartisipasi dalam gerakan pembangkangan sipil dengan tujuan merusak administrasi negara.

Penjatuhan dakwaan terhadap belasan dokter tersebut diwartakan oleh media Global New Light of Myanmar.

Baca juga: Inilah Para Korban Penembakan Maut Aparat Myanmar, dari Penyuka TikTok hingga Tukang Ojek

Ini bukan pertama kalinya dokter menjadi sasaran oleh junta militer Myanmar.

Awal bulan ini di Mandalay, pasukan keamanan menggunakan stun grenade dan menembakkan senjata untuk membubarkan pawai pekerja medis yang memprotes kudeta militer.

Situs berita online The Irrawaddy melaporkan bahwa empat dokter ditangkap dalam kekerasan tersebut.

Di sisi lain, junta militer juga mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap 100 orang yang aktif di bidang sastra, film, seni teater, musik dan jurnalisme.

Baca juga: Membedah Gurita Bisnis Anak Istri Petinggi Militer di Myanmar yang Menggiurkan

Mereka ditangkap dengan tuduhan menyebarkan informasi yang merusak stabilitas negara dan supremasi hukum.

Aksi protes masih berlanjut di seluruh Myanmar dan bahkan orang-orang memboikot perayaan resmi Thingyan, perayaan Tahun Baru tradisional di negara tersebut.

Dalam selebaran dan unggahan media sosial pekan lalu, orang-orang diminta untuk tidak mengadakan perayaan Thingyan.

Selebaran tersebut menyatakan, tidaklah elok merayakan Thingyan ketika ada banyak martir demokrasi yang terbunuh di tangan pasukan keamanan Myanmar.

Baca juga: Rilis Deklarasi Bersama soal Myanmar, FPCI Desak ASEAN dan DK PBB Bertindak

Militer dna polisi Myanmar tak segan-segan menggunakan kekerasan atau bahkan membunuh untuk membubarkan aksi demonstrasi.

Sejak kudeta militer pada 1 Februari, sedikitnya 714 orang dibunuh oleh pasukan keamanan Myanmar menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.

Pekan lalu, setidaknya 82 orang tewas dalam satu hari akibat tindakan keras oleh pasukan keamanan Myanmar terhadap pengunjuk rasa.

Baca juga: Militer Myanmar Minta Keluarga Bayar Rp 1,2 Juta jika Ingin Ambil Jenazah Kerabat yang Tewas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com