BEIJING, KOMPAS.com - China pada Rabu (31/3/2021) menuduh AS melakukan "manipulasi politik" setelah Beijing menghadapi kritik atas laporan asal-usul Covid-19 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Kami telah berulang kali menekankan bahwa penelusuran asal-usul (Covid-19) adalah masalah ilmiah, dan itu harus dilakukan secara kooperatif oleh ilmuwan global dan tidak dapat dipolitisasi. (Ini) juga merupakan konsensus di sebagian besar negara," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying dalam sebuah pengarahan kepada CNN pada
Menurutnya, politisasi pelacakan asal-usul (Covid-19) sangat tidak bermoral dan tidak populer. Usaha itu dinilai hanya akan menghalangi kerja sama global dan perjuangan global melawan virus.
Hua, menuduh negara-negara seperti AS tidak menghormati sains dan melakukan "manipulasi politik."
Setelah rilis laporan WHO, 14 negara termasuk AS mengeluarkan pernyataan bersama. Mereka mengungkapkan keprihatinan mengenai kurangnya "akses ke data dan sampel yang lengkap dan asli" atas penyelidikan di Wuhan.
"Sangat penting bagi para ahli independen untuk memiliki akses penuh ke semua data terkait manusia, hewan, dan lingkungan, penelitian, dan personel, yang terlibat dalam tahap awal wabah dan relevan untuk menentukan bagaimana pandemi ini muncul," kata pernyataan itu.
Ke-14 negara itu menilai dengan semua data di tangan, komunitas internasional dapat secara mandiri menilai asal-usul Covid-19. Kemudian belajar pelajaran berharga dari pandemi ini, dan mencegah konsekuensi yang menghancurkan dari wabah penyakit di masa depan.
Baca juga: WHO: Kemungkinan Kebocoran Laboratorium Tidak Bisa Dikesampingkan
Laporan WHO, yang dirilis pada Selasa (30/3/2021), mencantumkan kemungkinan asal-usul Covid-19. Dikatakan, virus kemungkinan berpindah dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dia "tidak percaya bahwa penilaian ini cukup ekstensif."
Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki membahas laporan tersebut pada konferensi pers, Selasa (30/3/2021).
Presiden AS Joe Biden, kata dia, percaya bahwa rakyat Amerika, komunitas global, ahli medis, dokter, dan semua orang yang telah bekerja untuk menyelamatkan nyawa, keluarga yang kehilangan orang yang dicintai. Untuk itu, semuanya berhak mendapatkan transparansi yang lebih besar.
“Mereka berhak mendapatkan informasi yang lebih baik. Mereka berhak atas langkah-langkah yang diambil oleh komunitas global untuk menyediakan itu,” tambah Psaki, melansir Business Insider.
Baca juga: 14 Negara Menyatakan Kekhawatiran atas Studi WHO tentang Asal-usul Covid-19 di Wuhan
Menurut pihaknya, laporan tersebut kekurangan data, informasi, dan akses penting. Ini membuat hasil penyelidikan di Wuhan menjadi gambaran parsial dan tidak lengkap.
China sering dikritik oleh AS dan sekutunya karena kurangnya transparansi seputar Covid-19, yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, China.
Sejalan dengan itu, Presiden AS Donald Trump saat itu menuduh WHO terlalu patuh pada Beijing. AS pun saat itu mengumumkan menarik diri dari badan kesehatan PBB.
Namun, dalam salah satu perintah eksekutif pertamanya sebagai presiden, Biden membatalkan langkah Trump untuk mundur dari WHO.
Baca juga: Laporan WHO di Wuhan: Asal Usul Covid-19 dari Kontaminasi Makanan Beku Kemungkinannya “Sangat Kecil”
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.