Sebelum kudeta Myanmar, Brotherhood Alliance telah merundingkan perjanjian antara setiap anggotanya dan militer untuk menghentikan pertempuran.
Mereka mengumumkan gencatan senjata sepihak untuk mendukung negosiasi. Setelah kudeta militer, mereka memperpanjang gencatan senjata sepihak hingga 31 Maret.
Namun kini, Juru bicara TNLA Mayor Mai Aik Kyaw menyatakan bahwa Brotherhood Alliance sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri gencatan senjata sepihak.
“Kami mengutuk tindakan keras (yang dilakukan junta militer Myanmar). Kami juga berduka bersama dengan keluarga para pengunjuk rasa yang tewas," sambung Mai.
TNLA mengatakan, junta militer bertanggung jawab atas kekerasan terhadap demonstran, termasuk penembakan dan pembunuhan warga sipil.
Baca juga: Anak Ini Menangisi Temannya yang Ditembak Mati Aparat Myanmar
Mai menambahkan, kelompok tersebut akan terus bekerja dengan anggota aliansi lainnya untuk melindungi warga sipil.
Di sisi lain, kelompok etnik bersenjata Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) terus melancarkan serangan terhadap militer dan polisi di Negara Bagian Kachin dan Negara Bagian Shan sejak 11 Maret.
KIA menyatakan, serangan tersebut dilancarkan demi mendukung rakyat melawan junta militer yang melakukan kudeta pada 1 Februari.
Tindakan itu dilakukan setelah dua warga sipil ditembak mati pasukan keamanan Myanmar di ibu kota Negara Bagian Kachin, Myitkyina, pada 8 Maret.
Baca juga: Serangan Sampah Pengunjuk Rasa Myanmar Jadi Taktik Baru Lawan Junta Militer
Baru-baru ini, Brigade Kelima dari Serikat Nasional Karen (KNU) menyerbu pangkalan Tatmadaw di distrik Papun, Negara Bagian Karen.
KNU dan beberapa kelompok etnik bersenjata lainnya juga menolak undangan rezim untuk menghadiri Hari Angkatan Bersenjata pada Sabtu (27/3/2021).
Pemimpin KNU Padoh Saw Mutu Say Poe mengatakan, kelompok itu hanya mau bertemu dengan pemimpin junta militer Jenderal Min Aung Hlaing jika Tatmadaw berhenti membunuh warga sipil dan membebaskan demonstran yang ditahan.
Baca juga: Pimpinan Junta Militer Myanmar Gelar Pesta Mewah pada Hari Paling Berdarah sejak Kudeta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.