PALMA, KOMPAS.com - ISIS menyatakan pada Senin (29/3/2021) bahwa pihaknya jadi dalang serangan teroris sepekan di kota Palma, Mozambik utara, di mana puluhan orang tewas.
ISIS menyerang kota yang berdekatan dengan proyek gas bernilai 60 miliar dollar AS (Rp 869,8 triliun) mulai Rabu (24/3/2021).
Kemudian, serangan teroris itu berlanjut hingga Senin (29/3/2021), menurut sumber keamanan yang terlibat langsung dalam upaya mengamankan kota.
Melansir Reuters pada Senin (29/3/2021), ISIS mengklaim serangan itu melalui kantor berita Amaq, dengan mengatakan para pasukannya telah menguasai kota itu setelah beberapa hari bentrokan dengan pasukan keamanan.
Baca juga: Milisi Serang Kota di Mozambik, Pantai Dipenuhi Mayat Tanpa Kepala
Disebutkan milisi ISIS telah menewaskan sedikitnya 55 orang, termasuk sejumlah tentara, menghancurkan dan menguasai gedung-gedung termasuk pabrik dan bank, serta menyita sejumlah kendaraan.
Sejauh ini Reuters tidak bisa memverifikasi secara independen pernyataan ISIS itu.
Sebagian besar komunikasi ke Palma terputus sejak awal serangan teroris terjadi pada Rabu (24/3/2021).
Pejabat di kementerian pertahanan Mozambik dan polisi nasionalnya tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar melalui telepon pada Senin dan tidak segera membalas pesan teks.
Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi pada Kelompok ISIS di Mozambik dan Kongo
Jumlah total korban tewas atau hilang setelah serangan yang diklaim oleh ISIS itu masih belum jelas. Puluhan ribu orang mungkin telah melarikan diri, menurut tiga pekerja bantuan.
Pemerintah mengkonfirmasi pada Minggu (28/3/2021) bahwa puluhan orang telah tewas, tanpa menyebutkan angka pasti.
Di antara mereka yang tewas adalah 7 orang dalam konvoi mobil yang disergap milisi. Mobil-mobil itu berusaha menyelamatkan orang-orang yang terkepung di hotel pada Jumat (26/3/2021).
Nick Alexander, seorang kontraktor Inggris-Afrika Selatan, salah satu orang selamat yang berada dalam konvoi mobil itu, menurut informasi putrinya, Jayde yang tinggal di Johannesburg kepada Reuterss via WhatsApp.
Baca juga: Cerita Ibu di Mozambik Melahirkan Saat Diburu Ekstremis
Sebelum diselamatkan, Alexander menghabiskan 2 malam merangkak di semak-semak setelah milisi menyergap konvoi mobil.
"Dia masih hidup dan sehat dan dalam perjalanan pulang," kata Jayde.
Banyak orang melarikan diri ke pantai dengan harapan diselamatkan, kata sumber keamanan lain yang berhubungan dengan pasukan sekutu pemerintah.