WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Joe Biden menegaskan, rencananya adalah maju lagi di Pilpres yang berlangsung pada 2024 mendatang.
Penegasan itu untuk menepis anggapan bahwa dia bakal mundur setelah satu periode, mengingat usianya yang sudah senja.
Dia juga menyerang Partai Republik yang berencana membatasi pemilihan di puluhan negara bagian, menyebutnya "memuakkan dan tidak Amerika".
Baca juga: Putin Dituding Bantu Donald Trump di Pilpres AS 2020
Dalam konferensi pers perdana sejak menjabat pada 20 Januari, presiden 78 tahun itu mendapat pertanyaan mulai dari Korea Utara hingga imigrasi.
Hingga, tibalah pada pertanyaan bagaimana Biden akan menanggapi masa depan politiknya empat tahun dari sekarang.
Si presiden pun terkekeh. "Rencana saya adalah maju lagi (di Pilpres AS 2024). Itu ekspektasi saya," tegasnya.
Saat awak media mencecarnya, suami Jill Biden itu menyatakan dia menghormati bagaimana nasib bekerja kepadanya.
Tetapi, jika dia masih berkesempatan maju lagi di 2024, dia akan menggandeng Kamala Harris sebagai wakilnya.
"Dia sudah melakukan pekerjaan dengan baik, dan dia merupakan mitra paling hebat," puji presiden ke-46 AS tersenut.
Baca juga: Masih Dendam ke Biden, Trump Tegaskan Maju ke Pilpres AS 2024
Joe Biden terkesan tidak peduli saat ditanya apakah dia akan bertarung kembali dengan eks lawan politiknya, Donald Trump.
Dia mengaku "tidak tahu" apakah pendahulunya tersebut, seorang pengusaha kontroversial, akan kembali maju.
Biden memenangkan Pilpres AS di 3 November 2020 dari Trump, dengan selisih popular vote mencapai tujuh juta suara.
Sejak saat itu, politisi Republik mencoba merumuskan perubahan pada aturan pemilihan yang bisa memukul Demokrat.
Demokrat menuding Republik menyerang demokrasi AS, sejak era UU Jim Crow, yang mengizinkan segregasi rasial pada abad 19 dan 20.
Baca juga: Trump Resmi Dituntut atas Telepon “Minta Suara” Pilpres AS di Georgia
Dilansir AFP Kamis (25/3/2021), Biden mengesampingkan langkah itu bisa membuat Demokrat kehilangan kendali di Senat dan DPR AS saat pemilu sela 2022.
"Yang saya khawatirkan adalah bagaimana cara yang tidak Amerika ini diterapkan. Sangat memuakkan," jelasnya.
Dia mencontohkan bilik suara yang harus ditutup setelah pukul 17.00, padahal ketika itu orang baru saja selesai bekerja.
Karena itu, dia menekankan bakal menghambat legislasi tersebut sepanjang dalam kekuasaannya.
Baca juga: Kurang dari 24 Jam Lagi Lengser, Trump Masih Mengomel Dia Menang Pilpres AS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.