KOMPAS.com - Meski sudah keluar dari Gedung Putih, mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sepertinya masih memiliki banyak pengikut setia.
Baru-baru ini Trump berencana meluncurkan platform media sosialnya sendiri. Pasalnya sejumlah perusahaan teknologi raksasa, memblokir kehadirannya di platform mereka, setelah dia dituding menyebarkan konten yang tidak sesuai dengan fakta.
Itu mungkin hanya satu dari sekian banyak kontroversi pria berusia 74 tahun tersebut. Pada 2019 informasi mengejutkan datang dari mantan pengacaranya, Michael Cohen.
Dia mengungkapkan telah mengirim surat ke sekolah menengah Trump, perguruan tinggi dan Dewan Perguruan Tinggi AS. Semua dilakukan atas perintah Trump yang saat itu masih menjabat.
Isinya mengancam lembaga pendidikan itu dengan tuntutan hukum dan penjara, jika mempublikasikan catatan akademis Trump. Hal ini memunculkan pertanyaan akan kebenaran rekam jejak pendidikan Presiden AS ke-45 tersebut.
Sebab menurut aturan di AS, mengungkapkan catatan akademik tanpa izin tertulis dari siswa adalah hal yang ilegal. Jadi surat seperti itu sebenarnya sama sekali tidak diperlukan.
Namun menurut Forbes masuk akal jika Trump sangat khawatir tentang transkrip dan nilai tesnya jika dipublikasikan, berikut alasannya:
Baca juga: Trump Akan Bikin Medsos Sendiri, Yakin Bakal Di-follow Puluhan Juta Orang
Trump kerap menyoroti rekam jejak pendidikan pendahulunya, Barack Obama, padahal keduanya memiliki pengalaman sarjana yang sangat mirip.
Keduanya sempat bersekolah di universitas yang kurang kompetitif meski masih bergengsi di AS. Selama dua tahun pertamanya, Obama mengenyam pendidikan sarjana di Fordham, sementara Trump di Occidental.
Tapi kemudian mereka melakukan transfer, dan menerima gelar sarjana dari sekolah Ivy League (masing-masing di Universitas Columbia dan Universitas Pennsylvania).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.