Sebuah sumber mengatakan: "Jaringan partai Blairite, internasionalis, dan Demokrat sedang membicarakan tentang ambisi politik Meghan dan calon pendukungnya."
Tahun lalu, seorang teman Duchess mengatakan kepada majalah Vanity Fair bahwa salah satu alasan dia tidak melepaskan kewarganegaraan Amerika-nya ketika dia menikah dengan Keluarga Kerajaan, adalah agar dia tetap punya opsi untuk memasuki politik Washington.
Menanggapi kabar itu, pakar konstitusi AS mengatakan Meghan harus melepaskan gelarnya jika dia ingin memegang jabatan publik di Amerika, karena itu akan melanggar sumpah setia AS.
Baca juga: Drama Meghan Markle Berlanjut: Data Pribadinya Dikorek-korek Orang Bayaran
Istana Buckingham mencoba menjauhkan Keluarga Kerajaan dari pernyataan yang dibuat selama pemilihan AS.
Kerajaan Inggris hanya mengeluarkan pernyataan yang mengatakan Harry bukanlah anggota keluarga Kerajaan aktif dan menggambarkan komentarnya sebagai “dibuat dalam kapasitas pribadi.”
Sementara sumber Daily Mail menambahkan bahwa Meghan sedang mengincar 2024, ketika Presiden Joe Biden akan berusia 82 tahun dan memutuskan apakah dia ingin mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua.
Jika dia berhasil mencapai Gedung Putih, Meghan akan menjadi wanita pertama Presiden AS, usai Hillary Clinton gagal empat tahun lalu, dan menjadi penghuni non-kulit putih kedua di Oval Office setelah Barack Obama.
Dia juga akan mengikuti jejak Presiden Ronald Reagan, yang merupakan aktor Hollywood selama empat dekade sebelum beralih ke politik.
Selama kampanye 2020, Duchess berpidato di When All Women Vote Couch Party, organisasi yang didirikan oleh Michelle Obama untuk mendorong partisipasi dalam pemilu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.