Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erdogan Tarik Turki dari Perjanjian Internasional untuk Lindungi Perempuan dari Kekerasan

Kompas.com - 20/03/2021, 09:41 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber REUTERS

ANKARA, KOMPAS.com - Presiden Recep Tayyip Erdogan menarik Turki keluar dari kesepakatan internasional yang dirancang untuk melindungi perempuan dari kekerasan dalam rumah tangga, menurut surat kabar negara ini pada Sabtu (20/3/2021).

Melansir Reuters pada Sabtu (20/3/2021), Perjanjian Dewan Eropa itu dibentuk di Istanbul, yang berjanji untuk mencegah, menuntut, dan menghapus kekerasan dalam rumah tangga serta mempromosikan kesetaraan.

Turki yang menandatangani perjanjian itu pada 2011, masih mengalami peningkatan jumlah femisida pada 2020.

Baca juga: Roket-roket dari Suriah Hujani Perbatasan Turki

Sejauh ini, tidak ada alasan yang diberikan terkait penarikan tersebut, tetapi para pejabat di Partai AK yang berkuasa mengatakan bahwa tahun lalu pemerintah telah mempetimbangkan untuk mundur dari perjanjian di tengah perselisihan tentang bagaimana mengekang peningkatan kekerasan terhadap perempuan.

"Jaminan hak-hak perempuan adalah regulasi yang ada dalam anggaran rumah tangga kami, terutama konstitusi kami," kata Menteri Kebijakan Keluarga, Perburuhan dan Sosial Zehra Zumrut di Twitter.

"Sistem peradilan kami dinamis dan cukup kuat untuk menerapkan peraturan baru sesuai kebutuhan," imbuhnya, tanpa memberikan alasan mundur dari perjanjian internasional.

Banyak pihak konservatif Turki mengatakan bahwa pakta internasional itu mengurangi struktur keluarga, mendorong kekerasan.

Baca juga: Erdogan: Arab Saudi Ingin Beli Drone Buatan Turki

Mereka juga menentang prinsip kesetaraan gender dalam Konvensi Istanbul dan melihat itu sebagai upaya meningkatkan homoseksualitas, karena adanya prinsip non-diskriminasi atas dasar orientasi seksual.

Sejumlah kritik muncul merespons langkah pemerintah yang menarik Turki dari pakta tersebut.

Para kritikus itu mengatakan bahwa kebijakan itu akan membawa Turki jauh dari nilai-nilai Uni Eropa, di mana Erdogan berencana ingin masuk ke dalamnya.

Mereka berpendapat kesepekatan dan regulasi dalam pakta itu diperlukan untuk diimplementasikan dengan lebih ketat.

Baca juga: Dianggap Tayangan Bejat, Koran Turki Sensor Lengan Pemeran Serial Friends

Turki bukan negara pertama yang mundur dari perjanjian itu. Pengadilan tinggi Polandia memeriksa pakta tersebut setelah seorang anggota kabinet mengatakan Warsawa harus keluar dari perjanjian yang dianggap terlalu liberal oleh pemerintah nasionalis.

Erdogan mengutuk kekerasan terhadap perempuan, yang mengatakan pada Maret ini bahwa pemerintahnya akan bekerja untuk memberantas kekerasan terhadap perempuan.

Namun, para kritikus mengatakan pemerintahnya belum berbuat cukup untuk mencegah femisida dan kekerasan dalam rumah tangga.

Selain itu, Turki tidak memiliki statistik resmi tentang femisida.

Baca juga: Turki-Mesir Jalin Hubungan Diplomatik Pertama Sejak Konflik 2013

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan 38 persen wanita di Turki menjadi sasaran kekerasan dari pasangan selama hidup mereka, lebih tingg dibandingkan dengan sekitar 25 persen di Eropa.

Ankara telah mengambil langkah-langkah seperti menandai individu yang diketahui melakukan kekerasan dan membuat aplikasi ponsel pintar bagi perempuan untuk memberitahu polisi, yang telah diunduh ratusan ribu kali.

Keputusan Erdogan muncul setelah dia mengesahkan reformasi peradilan pada bulan ini, yang menurutnya akan meningkatkan hak dan kebebasan, serta membantu memenuhi standar Uni Eropa.

Turki telah menjadi kandidat untuk bergabung dengan blok itu sejak 2005, tetapi pembicaraan akses telah dihentikan karena perbedaan kebijakan dan catatan hak asasi manusia Ankara.

Baca juga: Helikopter Militer Jatuh Tewaskan 11 Orang, Turki Salahkan Cuaca

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber REUTERS
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com