"Di sini seperti zona perang, mereka menembak di mana-mana," kata seorang pengatur tenaga kerja di daerah itu kepada Reuters.
Dua dokter mengatakan kepada Reuters bahwa masih ada orang yang terluka yang membutuhkan perawatan medis di daerah tersebut, tetapi tentara telah memblokir akses ke sana.
Di sisi lain, media pemerintah China telah memperingatkan bahwa Beijing dapat bertindak jika bisnis milik China diusik.
Banyak orang di Myanmar percaya bahwa China mendukung junta militer.
Baca juga: Mantan Tentara Myanmar Ungkap Alasan Membelot dan Memilih Bergabung dengan Gerakan Anti-kudeta
Perancis mengatakan, Uni Eropa akan mengeluarkan sanksi terhadap dalang di balik kudeta di Myanmar pada Senin pekan depan.
Di sisi lain, pemerintah bayangan Myanmar yang dibentuk anggota parlemen yang digulingkan, menuduh junta militer telah melakukan pengkhianatan.
Utusan khusus parlemen Myanmar yang dibubarkan untuk PBB, Sasa, mengatakan junta militer telah berkhianat.
"Para jenderal telah melakukan tindakan pengkhianatan setiap hari. Mengambil apa yang mereka inginkan untuk diri mereka sendiri, menyangkal hak-hak rakyat, dan menindas yang menghalangi jalan mereka," kata Sasa dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: PBB: Peringatan Bahaya, Harga Makanan dan Bahan Bakar Mulai Naik di Myanmar
Sasa sendiri didakwa oleh junta militer karena mengampanyekan pembangkangan sipil dan meminta dunia internasional menjatuhkan sanksi kepada miluter Myanmar.
Media pemerintah di Myanmar melaporkan bahwa pihak berwenang telah menahan seorang pejabat dari Open Society Myanmar, sebuah organisasi yang terafiliasi dengan Open Society Foundation.
Open Society Foundation merupakan organisasi filantropi yang didirikan seorang miliarder George Soros.
Pasukan keamanan Myanmar juga sedang mencari 11 karyawan Open Society Myanmar lainnya karena curiga bahwa kelompok tersebut memberikan dana kepada penentang kekuasaan militer.
Baca juga: Digeruduk Militer, Warga Kota Miskin Myanmar Kabur Naik Pikap dan Truk
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.