Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer Myanmar: Diperintah Terang-terangan Tembak Warga Sipil, Bahkan Bunuh Orangtua Sendiri

Kompas.com - 17/03/2021, 06:10 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

NEW DELHI, KOMPAS.com - Sambil gemetar dan mencengkeram kausnya, tentara Myanmar Kyaw mengenang kekerasan yang katanya diperintahkan kelompok militer.

Dia diminta menyakiti orang-orang di komunitasnya sendiri, perintah inilah yang mendorong pelariannya ke India.

Kyaw, yang namanya telah diubah untuk melindungi identitasnya, termasuk di antara 40 warga negara Myanmar, kebanyakan petugas polisi, yang ditemui AFP.

Mereka bersembunyi di lokasi yang dirahasiakan di negara bagian Mizoram di timur laut India.

Setidaknya 180 orang telah tewas di Myanmar sejak kudeta 1 Februari, menurut kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik. Junta telah menindak demonstrasi demokrasi tanpa henti di seluruh negeri.

“Kekerasan itu menyebabkan lebih dari 300 warga Myanmar, banyak dari mereka petugas polisi dan keluarga mereka, serta dua personel militer, memasuki Mizoram,” kata seorang warga setempat yang membantu penyeberangan perbatasan kepada AFP, Senin (15/3/2021).

Kyaw, seorang pria bersenjata berusia 24 tahun. Dia telah bertugas di militer selama sekitar empat tahun. Dia merupakan anggota kelompok Chin, sebagian besar minoritas Kristen di Myanmar.

Baca juga: Mantan Tentara Myanmar Ungkap Alasan Membelot dan Memilih Bergabung dengan Gerakan Anti-kudeta

Kepada AFP, Kyaw mengaku telah diperintahkan untuk melakukan kekerasan mematikan di antar Chin.

"Militer memberi perintah untuk membunuh orang yang tidak bersalah, yang seperti ibu dan ayah saya sendiri," katanya kepada AFP.

"Mengapa saya harus membunuh orang saya sendiri."

Dia mengatakan butuh empat hari untuk sampai ke Mizoram dengan sepeda motor dan berjalan kaki.

Setelah menelepon ke rumah ketika dia sampai di India, ayah dua anak itu mengatakan rumah keluarganya telah digeledah dan ayahnya ditangkap.

Seorang pria bersenjata yang diajak bicara AFP mengatakan dia juga mengkhawatirkan keselamatan keluarganya.

"Teman-teman saya menembak para pengunjuk rasa dan saya disuruh menembak juga ... Tapi saya tidak bisa membunuh orang-orang saya. Jadi, saya melarikan diri pada malam hari," kata pria berusia 21 tahun itu.

Baca juga: Digeruduk Militer, Warga Kota Miskin Myanmar Kabur Naik Pikap dan Truk

Perjalanan panjang ke India

Sementara menurutnya gerombolan pembelot yang lain memerlukan waktu hingga 10 hari berjalan kaki untuk mencapai negara bagian yang terpencil dan bergunung-gunung di sepanjang perbatasan barat Myanmar, termasuk melalui sungai, sawah, dan tidur di hutan.

Halaman:
Sumber AFP

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com