LONDON, KOMPAS.com - Spanyol, Jerman, Prancis, dan Italia telah menjadi negara Eropa terbaru yang menghentikan sementara peluncuran vaksin Oxford-AstraZeneca Covid-19.
Kebijakan ini diambil karena adanaya sejumlah kecil masalah pembekuan darah, bertentangan dengan saran badan medis internasional.
Spanyol akan berhenti menggunakan vaksin selama dua minggu. Menteri Kesehatan negara itu Carolina Darias mengumumkan dalam konferensi pers yang disiarkan televisi nasional, Senin (15/3/2021).
“Ini adalah penangguhan sementara dan pencegahan sampai risikonya dapat dievaluasi oleh European Medicines Agency." terangnya.
Pada hari yang sama, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn menyatakan negara itu akan menunda inokulasi atas vaksin Covid-19 asal Inggris ini, setelah awalnya membela keamanan vaksin.
Langkah itu menurutnya dilakukan sebagai tindakan pencegahan. Ini menyusul laporan dari beberapa kasus pembekuan darah pada orang yang divaksinasi dengan suntikan AstraZeneca di Denmark dan Norwegia.
Baca juga: Australia Tetap Yakin dengan Vaksin AstraZeneca
Perancis dan Italia juga menghentikan peluncuran vaksin mereka pada Senin (15/3/2021). Mereka juga menunggu tinjauan dari regulator obat-obatan UE, European Medicines Agency (EMA).
Badan tersebut sudah menegaskan kembali nasihatnya, bahwa negara-negara tetap bisa melakukan inokulasi dengan vaksin itu.
"Kami telah memutuskan untuk menangguhkan penggunaan AstraZeneca sebagai tindakan pencegahan dan berharap dapat melanjutkannya dengan cepat jika saran EMA mengizinkannya," kata Presiden Perancis Emmanuel Macron pada konferensi pers Senin (15/3/2021).
Penangguhan itu terjadi beberapa jam setelah jaksa di Italia utara memerintahkan sejumlah vaksin untuk disita, mengutip seorang pria yang jatuh sakit dan meninggal setelah disuntik.
Badan obat-obatan Italia juga menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca sebagai tindakan pencegahan dan sementara. Kebijakan ini sebelum pertemuan EMA, badan obat-obatan Italia AIFA.
Sebagian besar Eropa kini telah menghentikan inokulasi sementara waktu. Ini menyusul kematian seorang wanita di Denmark yang belum dikaitkan dengan vaksin.
Kematian lain juga dilaporkan di Norwegia, bersama dengan beberapa kasus non-fatal di kedua negara.
Baca juga: Termasuk Indonesia, Ini 13 Negara yang Tangguhkan Vaksin AstraZeneca
Penangguhan tersebut bertentangan dengan saran dari Organisasi Kesehatan Dunia WHO, EMA dan raksasa farmasi itu sendiri. Semuanya mengatakan tidak ada bukti hubungan dengan pembekuan dan peluncuran harus dilanjutkan sementara laporan tersebut diselidiki.
"Sampai hari ini, tidak ada bukti bahwa insiden tersebut disebabkan oleh vaksin dan penting agar kampanye vaksinasi terus berlanjut sehingga kami dapat menyelamatkan nyawa dan membendung penyakit parah dari virus tersebut," kata WHO dalam sebuah pernyataan kepada CNN.
Organisasi tersebut menambahkan pihaknya sedang menilai laporan terbaru. Tetapi menyatakan kemungkinan tidak akan mengubah rekomendasinya.
EMA juga menegaskan kembali bahwa negara-negara harus melanjutkan peluncurannya. Organisasi ini akan bertemu pada Kamis (18/3/2021). Pembahasan fokus pada kekhawatiran, tetap mempertimbangkan manfaat vaksinasi lebih besar daripada potensi risikonya.
"Sementara penyelidikan sedang berlangsung, EMA saat ini tetap berpandangan bahwa manfaat vaksin AstraZeneca dalam mencegah Covid-19, dengan risiko terkait rawat inap dan kematian, lebih besar daripada risiko efek samping," kata badan itu.
Baca juga: Vaksin AstraZeneca Disebut Sebabkan Pembekuan Darah, Direktur Oxford Vaccine Angkat Bicara
Lebih dari 11 juta suntikan AstraZeneca telah dikirimkan di Inggris, yang sekarang merupakan salah satu dari sedikit negara besar Eropa yang masih mendukung vaksin tersebut.
Spahn mengatakan dia berbicara dengan mitranya di Inggris sebelum menghentikan peluncuran Jerman.
AstraZeneca melipatgandakan keamanan vaksinnya pada Minggu (14/3/2021). Tinjauan cermat terhadap 17 juta orang yang diinokulasi dilakukan khususnya di UE dan Inggris. Penelitian itu masih menyimpulkan "tidak ada bukti" vaksin terkait dengan gumpalan.
Inggris sejauh ini telah memimpin dalam pemberian vaksin AstraZeneca, dengan lebih dari 11 juta orang menerima satu dosis, dan mereka juga tetap berdiri tegak. Data dunia nyata dari negara tersebut juga menunjukkan dampak signifikan dalam mengurangi rawat inap Covid-19.
Satu dosis vaksin mengurangi risiko rawat inap dari Covid-19 hingga lebih dari 80% pada orang berusia di atas 80 tahun, data dari Public Health England menunjukkan awal bulan ini. Vaksin diberikan dalam dua dosis, meskipun negara berbeda dalam hal seberapa jauh mereka menyebarkan suntikan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.