Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianggap Bantu Junta Militer Myanmar, Pabrik China Dibakar Demonstran

Kompas.com - 15/03/2021, 05:59 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Myanmar kembali mencatat hari paling berdarah pasca kudeta militer 1 Februari terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Sedikitnya 22 pengunjuk rasa anti-kudeta tewas di pinggiran kota industri yang miskin Hlaingthaya pada Minggu (14/3/2021), setelah pabrik-pabrik yang didanai China dibakar di sana, kata sebuah kelompok advokasi.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), ada 16 pengunjuk rasa lainnya tewas di tempat lain, serta seorang polisi.

Kedutaan Besar China mengatakan banyak staf China terluka dan terperangkap dalam serangan pembakaran oleh penyerang tak dikenal di pabrik garmen di Hlaingthaya.

Pemerintah Beijing telah meminta Myanmar untuk melindungi properti dan warga China. Sebelumnya pemerintah “Negeri Tirai Bambu” dipandang mendukung junta militer yang telah mengambil alih kekuasaan.

Media lokal melaporkan pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa di pinggiran kota kawasan industri tersebut ketika asap membumbung. Hlaingthaya merupakan rumah bagi para migran dari seluruh negeri.

"Mengerikan. Orang-orang ditembak di depan mata saya. Itu tidak akan pernah hilang dari ingatan saya," kata seorang jurnalis foto di tempat kejadian yang tidak ingin disebutkan namanya melansir Reuters pada Senin (15/3/2021)

Darurat militer diberlakukan di Hlaingthaya dan distrik lain di Yangon, pusat komersial Myanmar dan bekas ibu kota, menurut media pemerintah.

Televisi Myawadday yang dikelola tentara menyatakan pasukan keamanan bertindak setelah empat pabrik garmen dan pabrik pupuk dibakar. Sekitar 2.000 orang telah menghentikan mesin pemadam kebakaran untuk menjangkau lokasi kebakaran.

Baca juga: Cerita Polisi Myanmar yang Mengungsi ke India: Saya Tak Bisa Menembak Bangsa Saya Sendiri

Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk memberikan komentar.

Dokter Sasa, perwakilan anggota parlemen terpilih dari majelis yang digulingkan oleh tentara, menyuarakan solidaritas dengan rakyat Hlaingthaya.

"Pelaku, penyerang, musuh rakyat Myanmar, SAC (Dewan Administrasi Negara) yang jahat akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap tetes darah yang tertumpah," katanya dalam pesan.

Kematian terbaru akan menambah jumlah korban dari protes menjadi 126, kata AAPP. Pada Sabtu (14/3/2021), lebih dari 2.150 orang telah ditahan, sementara 300 lainnya dilepaskan.

Menuntut kecaman China

Kedutaan Besar China menggambarkan situasinya sebagai "sangat parah" setelah serangan terhadap pabrik-pabrik yang didanai China. Namun pernyataan itu tidak mengonfirmasi adanya pembunuhan itu.

"China mendesak Myanmar untuk mengambil langkah efektif lebih lanjut untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, menghukum pelaku sesuai dengan hukum dan menjamin keselamatan jiwa dan properti perusahaan dan personel China di Myanmar," kata pernyataan itu.

Halaman:
Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com