Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berulang Kali Dihubungi AS, Korea Utara Masih Cuek Saja

Kompas.com - 14/03/2021, 18:08 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

PYONGYANG, KOMPAS.com - Pemerintah AS telah mencoba menghubungi Korea Utara sejak Februari, tapi belum juga mendapatkan balasan.

Washington mencoba menjalin hubungan dengan Korea Utara dengan berbagai cara berbeda untuk mencegah ketegangan yang meningkat, seperti yang dilansir dari BBC pada Minggu (14/3/2021).

AS dan Korea Utara masih dalam perselisihan tentang program nuklir dan rudal balistik Korea Utara.

Baca juga: Terungkap, Pemerintahan Biden Coba Mendekati Korea Utara tapi Tak Digubris

Menurut laporan bahwa tiga pertemuan antara pendahulu Joe Biden, Donald Trump, dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, tidak mencapai hasil.

Salah satu upaya AS untuk berkomunikasi dengan Pyongyang, di antaranya melalui "New York Channel", misi Korea Utara di Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Seorang pejabat AS mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa telah ada "banyak upaya" untuk menjalin hubungan dengan Korea Utara.

Namun, tidak ada kontak yang berarti selama lebih dari 12 bulan, termasuk sebagian besar tahun terakhir Donald Trump sebagai presiden.

Baca juga: Warga Korea Utara di Malaysia Akan Diekstradisi karena Tuduhan AS Ini

Sementara itu, dikabarkan media pemerintah Korea Utara hingga saat ini belum mengakui bahwa Joe Biden adalah presiden AS.

Biden sudah mengumumkan langkah peninjauan kembali kebijakan Korea Utara, yang diharapkan akan diresmikan pada April.

Dia menyebut Kim sebagai seorang preman dan menekankan perlunya pelucutan senjata nuklir Korea Utara, sebelum sanksi berat ekonomi AS dan PBB dapat dikurangi.

Pemimpin Korea Utara terus menekankan kemampuan militer negaranya, mengklaim pengembangan rudal jarak jauh yang lebih akurat, hulu ledak super besar, satelit mata-mata, dan kapal selam bertenaga nuklir.

Baca juga: Warga Korea Utara Kelaparan karena Aturan Covid-19 yang Ketat

Pada saat yang sama dia telah meminta AS untuk membuang "kebijakan bermusuhannya".

Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin memperkirakan, masalah ambisi nuklir Korea Utara diperkirakan menjadi bahasan utama selama kunjungan mereka pekan ini ke Jepang dan Korea Selatan.

Hubungan antara AS dan Korea Utara anjlok pada 2017 ketika Korea Utara menguji rudal jarak jauh yang mampu menghantam kota-kota Amerika.

Ketegangan mereda ketika Trump bertaruh untuk mengembangkan hubungan pribadi dengan Kim.

Baca juga: Ketahuan Nonton Film Porno, Remaja di Korea Utara Diasingkan ke Desa Terpencil

Namun, pertemuan yang banyak dipuji-puji, termasuk oleh KTT di Singapura dan Vietnam, gagal mengatasi perbedaan mengenai pelucutan senjata nuklir dan sanksi.

AS menolak tuntutan Korea Utara untuk mencabut sanksi dengan imbalan mengurangi sebagian dari kemampuan nuklir negaranya.

Korea Utara saat ini lebih terputus dari dunia luar dari pada sebelumnya, karena perbatasannya telah ditutup selama lebih dari setahun untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Perdagangan dengan sekutu utamanya China telah menyusut lebih dari 90 persen dalam beberapa bulan terakhir.

Baca juga: Perjalanan 34 Jam dengan Troli Ditempuh Diplomat Rusia Demi Pulang dari Korea Utara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com