Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien Covid-19 Meninggal Setelah 3 Jam Alami Ereksi Menyakitkan sebagai Efek Samping

Kompas.com - 14/03/2021, 16:05 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang pria pasien Covid-19 meninggal setelah mengalami ereksi 3 jam yang menyakitkan, efek samping dari komplikasi penyakitnya yang jarang terjadi.

Kasus ini dilaporkan oleh The American Journal of Emergency Medicine, yang merujuk pada data Covid-19 di AS, yang tidak disebutkan identitas lengkapnya. 

Melansir World of Buzz pada Sabtu (13/3/2021), seorang pria 69 tahun dengan obesitas harus dirawat di IGD setelah mengalami sesak napas pada 1 Januari 2021.

Pria itu minum obat untuk sesak napas yang diresepkan dokter kepadanya, tetapi itu tidak membantu.

Baca juga: Singapura Siap Pakai Semua Vaksin Covid-19 Termasuk Sinovac jika Aman dan Efektif

Sementara, dilaporkan ia tidak segera melakukan tes Covid-19, kendati kondisinya mencirikan gejala tersebut.

Hingga kondisinya memburuk dengan disertai batuk dan demam selama sepekan.

Saat melakukan tes Covid-19 di ruang gawat darurat, para dokter mendapatkan hasil diagnosis positif virus corona.

Pasien kemudian dirawat di rumah sakit, tapi dalam 10 hari kondisinya semakin memburuk hingga membutuhkan steroid dan ventilator untuk membantu pernapasannya.

Saat itu, pasien ditelungkupkan untuk merangsang aliran udara ke seluruh tubuh.

Baca juga: Hati-hati Konsumsi Hewan Ini Berpotensi Picu Virus Lebih Bahaya dari Covid-19

Setelah itu, justru pria itu mengalami kondisi langka, yaitu priapisme, suatu kondisi di mana seorang pasien mengalami ereksi yang menyakitkan selama berjam-jam.

Komplikasi ini terjadi ketika darah tidak dapat keluar dari penis atau mengalir dengan tidak semestinya ke bagian pribadi pria.

Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang dengan kelainan darah, seperti anemia dan leukemia.

Namun, priapisme telah dilaporkan sebagai efek samping Covid-19 dan hanya ada satu laporan pasien Covid-19 yang menderita kondisi yang sama.

Baca juga: WHO: Tidak Ada Alasan untuk Hentikan Penggunaan Vaksin Covid-19 AstraZeneca

Ketika staf rumah sakit mengetahui bahwa pria itu kesakitan karena priapisme, mereka kembali mentengkurapkan pria itu dan mencoba menggunakan sebungkus es untuk menurunkan ereksinya.

Namun, cara itu tidak berhasil.

Dokter kemudian melakukan USG pada penis dan menemukan bahwa pembuluh darahnya bersih dan berfungsi dengan baik.

Mereka kemudian mendiagnosisnya dengan priapisme iskemik, atau priapisme terkait dengan masalah drainase darah.

Baca juga: Biden Akan Tandai Hari Kemerdekaan Amerika dari Covid-19 pada 4 Juli

Para dokter kemudian memasukkan dua jarum ke batang penisnya untuk mengalirkan darah berlebih dan memberi pasien dekongestan. Setelah setengah jam, ereksinya hilang.

Namun pada saat itu, paru-paru pria itu terus memburuk dan tidak lama kemudian, ia meninggal karena komplikasi Covid-19.

Mengomentari laporan kasus tersebut, para ahli mengatakan bahwa seseorang dengan Covid-19 mungkin mengalami gejala yang disebut cytokine storm, di mana sistem kekebalan seseorang menjadi rusak dan menciptakan pembekuan darah yang dapat memengaruhi bagian tubuh mana pun.

Dalam sebuah artikel oleh Daily Mail, Dr Richard Viney, seorang ahli bedah urologi di Rumah Sakit Queen Elizabeth di Birmingham, Inggris menyimpulkan bahwa kondisi itu mungkin menjelaskan priapisme sebagai salah satu efek samping Covid-19.

Baca juga: Biden Kecam Kejahatan Rasial Asia-Amerika Selama Pandemi Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com