Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Brasil Perintahkan Rakyatnya Berhenti "Merengek" di Saat Jumlah Kematian Capai 260.000

Kompas.com - 06/03/2021, 11:32 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

BRASILIA, KOMPAS.com - Presiden Brasil Jair Bolsonaro memicu kecaman dengan mengatakan kepada rakyatnya untuk berhenti "merengek" tentang wabah virus corona yang telah mencapai jumlah kematian 260.000 orang.

Di Brasil jumlah kematian semakin memburuk dan rata-rata setiap hari angkanya meningkat di atas Amerika Serikat, seperti yang dilansir dari The Guardian pada Jumat (5/3/2021).

"Hentikan semua keributan dan rengekan ini. Berapa lama kamu akan terus menangis? kata Bolsonaro di negara bagian Goias, di mana jumlah kematian karena Covid-19 hampir 9.000.

Baca juga: China Izinkan Resep Tradisional untuk Bantu Obati Covid-19

Di saat vaksinasi Covid-19 tidak berjalan lancar di sana, infeksi meningkat, unit perawatan intensif telah mencapai kapasitas, dan hampir 2.000 kematian terjadi tiap harinya karena virus corona.

Sebuah laporan di surat kabar Valor Economico pada Jumat (5/3/2021) menyebutkan, pejabat senior Kementerian Kesehatan mengklaim bahwa jumlah kematian harian diyakini dapat "meledak" lebih dari 3.000 dalam beberapa pekan mendatang.

Melihat angkat kematian tinggi, komentar Bolsonaro tersebut tentu memicu anggapan ketidakpedulian seorang pemimpin negara.

Baca juga: Italia Blokir Ekspor 250.000 Dosis Vaksin Covid-19 AstraZeneca ke Australia

Namun di lain sisi, oposisi melihatnya sebagai salah satu caranya untuk mengalihkan isu tentang putranya, yang dilaporkan telah membeli rumah mewah di tengah kondisi sulit negara, baik krisis kesehatan maupun ekonomi.

"Makzulkan dan penjara penjahat itu," tweet Ciro Gomes, lawan terkemuka dari sayap kiri.

Ia juga menyebut Bolsonaro sebagai "penggali kubur Brasil".

Baca juga: Presiden Brasil Minta Rakyatnya Jangan Merengek soal Covid-19

Seorang komposer dalam negeri Brasil, Zeca Baleiro, ikut merespons dengan kesal pernyataan presiden Brasil itu melalui Twitter.

"Seorang presiden yang mengatakan 'hentikan rengekan dan rewel' pada saat yang paling kritis, menyakitkan dan mengharukan yang dihadapi masyarakat Brasil sejak awal pandemi, itu bukan hanya sikap yang ceroboh, buruk atau bodoh dari seorang politisi," ujarnya.

"Dia (Bolsonaro) adalah seorang sosiopat yang tidak bisa disembuhkan." lanjutnya.

Salah satu diplomasi Brasil membandingkan Bolsonaro dengan diktator Uganda, Idi Amin, yang menjalankan pemerintahan brutal dengan puluhan ribu nyawa hilang.

Baca juga: China Wajibkan Pelancong Asing Tes Covid-19 dengan Swab Anal

“Saat ini, di mata dunia, Bolsonaro menempati ruang milik Idi Amin,” kata mantan duta besar Brasil untuk AS, Rubens Ricupero, kepada Thaís Oyama, penulis buku tentang presiden Brasil berjudul Storm.

Sejak wabah Covid-19 di Brasil dimulai Februari lalu, Bolsonaro telah membuat serangkaian pernyataan yang keterlaluan, menghina, dan terbukti salah tentang penyakit yang ia anggap remeh sebagai "sedikit flu".

Pada 10 Desember tahun lalu, Bolsonaro mengklaim Brasil telah mencapai "ujung ekor" epidemi dan muncul lebih baik dari pada negara lain.

Sejak itu lebih dari 82.000 orang Brasil telah meninggal.

Baca juga: Warga Korea Utara Kelaparan karena Aturan Covid-19 yang Ketat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com