Pasukan keamanan Myanmar di kabarkan telah menahan lebih dari 1.000 orang, sejak militer Myanmar merebut kekuasaan dalam kudeta pada 1 Februari dan menggulingkan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.
Reuters melaporkan pada Selasa (2/3/2021), ratusan orang ditahan dalam protes. Sementara banyak lainnya ditangkap dalam penggerebekan yang seringkali dilakukan pada malam hari.
Beberapa tahanan adalah orang yang selamat dari penjara di bawah rezim junta lama. Mereka ada yang diambil paksa dari rumah mereka, ratusan ditangkap oleh polisi anti huru hara dan tentara yang menindak protes terhadap kudeta tersebut. Banyak yang ditahan tanpa komunikasi.
Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP), yang dibentuk oleh para pembangkang junta yang sebelumnya ditahan, mengatakan 728 orang telah ditahan hingga 25 Februari.
Selain Suu Kyi dan anggota kabinetnya, mereka termasuk dokter dan guru, aktor dan penyanyi, serta warga sipil lainnya. Mereka telah mengambil bagian dalam demonstrasi yang mengguncang negara hampir setiap hari sejak kudeta.
Baca berita selengkapnya di sini.
Perusahaan minyak dan gas ( migas) global Woodside, Chevron, dan Total didesak untuk menghentikan aliran dana kepada pemerintah Myanmar yang dikuasai oleh junta militer.
Setidaknya 18 orang demonstran telah dibunuh oleh militer Myanmar, sejak kudeta dilakukan 1 Februari 2021.
Para aparat negara tidak segan menembaki warga sipil dengan peluru tajam di tengah ribuan demonstran yang turun di seluruh jalanan di kota-kota negeri Seribu Pagoda.
Publish What You Pay (PWYP) menyebutkan industri migas dalam negeri berkontribusi sebesar 900 miliar dollar AS (Rp 12,9 kuadriliun) setiap tahunnya kepada pemerintah Myanmar, seperti yang dilansir dari The Guardian pada Senin (1/3/2021).
Dalam catatan penelitian baru, PWYP mengatakan perusahaan Australia Woodside, grup Perancis Total dan MPRL E&P, yang dikendalikan oleh pengusaha Myanmar, U Moe Myint, seharusnya menghentikan eksplorasinya di Myanmar.
Baca berita selengkapnya di sini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.