Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Peringatkan Bahaya Kunjungan Paus Fransiskus ke Irak

Kompas.com - 01/03/2021, 12:09 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

VATIKAN CITY, KOMPAS.com - Pakar penyakit menular mengungkapkan keprihatinan tentang perjalanan Paus Fransiskus yang akan datang ke Irak karena mengingat peningkatan tajam infeksi virus corona di sana.

Terlebih menurut mereka sistem perawatan kesehatan Irak rapuh. Jadi kemungkinan tak terhindarkan bahwa warga Irak akan berkerumun untuk melihat Pemimpin Katolik Roma itu saat kedatangannya.

Tidak ada yang ingin memberi tahu Fransiskus untuk membatalkannya. Sementara pemerintah Irak memiliki kepentingan untuk memamerkan stabilitas hubungannya, dengan datanya Paus Roma untuk pertama kalinya pertama di tempat kelahiran Abraham itu.

Perjalanan 5-8 Maret diharapkan dapat memberikan dorongan spiritual yang sangat dibutuhkan bagi orang-orang Kristen Irak yang terkepung. Termasuk diharapkan dapat membangun “jembatan penghubung” antara Vatikan dengan dunia Muslim.

Tetapi dari sudut pandang epidemiologi murni, serta pesan kesehatan masyarakat yang dikirimkannya, perjalanan kepausan ke Irak di tengah pandemi global tidak disarankan, kata para ahli kesehatan.

Kekhawatiran mereka diperkuat dengan berita pada Minggu (28/2/2021). Pasalnya duta besar Vatikan untuk Irak, orang utama dalam perjalanan yang akan mengantar Paus ke-266 ke semua janji temu, dinyatakan positif Covid-19 dan mengisolasi diri.

Dalam email kepada The Associated Press (AP), kedutaan mengatakan gejala Uskup Agung Mitja Leskovar ringan dan dia masih terus mempersiapkan kunjungan Paus.

Baca juga: Warga Kristen Irak Anggap Kunjungan Paus Fransiskus sebagai Pesan Harapan

Di luar jumlah kasusnya, para ahli mencatat bahwa perang, krisis ekonomi, dan eksodus profesional di bidang kesehatan Irak telah menghancurkan sistem rumah sakit negara itu.

Sementara penelitian menunjukkan sebagian besar infeksi Covid-19 baru di Irak adalah varian yang sangat menular, yang pertama kali diidentifikasi di Inggris.

“Saya rasa itu bukan ide yang bagus,” kata Dr Navid Madani, ahli virologi dan direktur pendiri Pusat Pendidikan Kesehatan Sains di Timur Tengah dan Afrika Utara di Institut Kanker Dana-Farber Harvard Medical School.

Madani adalah seorang kelahiran Iran yang ikut menulis artikel di The Lancet tahun lalu tentang tanggapan yang tidak merata di kawasan itu terhadap Covid-19.

Dia mencatat bahwa Irak, Suriah, dan Yaman dalam kondisi sangat memprihatinkan untuk menanggapi virus yang berkembang. Pasalnya negara-negara itu masih berjuang dengan pemberontakan ekstremis dan memiliki 40 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Melansir AP pada Minggu (28/2/2021) dalam sebuah wawancara telepon, Madani mengatakan orang Timur Tengah dikenal karena keramahan mereka.

Untuk itu dia memperingatkan bahwa antusiasme di antara orang Irak untuk menyambut tokoh perdamaian seperti Paus Fransiskus ke bagian dunia yang terabaikan dan dilanda perang dapat menyebabkan pelanggaran yang tidak disengaja terhadap tindakan pengendalian virus.

“Ini berpotensi menyebabkan risiko yang tidak aman atau menjadi tempat infeksi massal,” katanya.

Halaman:
Sumber AP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com