Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Cerita Dunia]: Bos dari Segala Bos, Miguel Angel Felix Gallardo, “Arsitek” Perang Narkoba

Kompas.com - 26/02/2021, 19:12 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Baru-baru ini, istri dari bandar narkoba Joaquin Archivaldo Guzman Loera alias El Chapo, Emma Coronel Aispuro, ditangkap polisi di Bandara Internasional Dulles, Virginia, Amerika Serikat (AS).

El Chapo sendiri merupakan pemain lama dalam dunia narkotika dan menjadi bos kartel narkoba Sinaloa di Meksiko.

Dia berhasil kabur beberapa kali setelah ditangkap dan El Chapo ditangkap lagi pada 2016 lalu diekstradisi ke AS.

Ketika ditangkap, Kartel Sinaloa diyakini beroperasi di sekitar 50 negara. El Chapo dikenal sebagai sosok yang ditakuti masyarakat, tetapi juga disegani.

Pada 12 Februari, 2019 El Chapo dinyatakan bersalah atas semua dakwaan. Lalu pada 17 Juli tahun itu, hakim federal New York City menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup.

Baca juga: [Cerita Dunia] Banjir Sungai Yangtze Tewaskan 3,7 Juta Orang, Terparah di Dunia

Saking besarnya kerajaan narkoba miliknya, Pemerintah AS pernah menawarkan imbalan 5 juta dollar (Rp 70 miliar) bagi siapa pun yang mempunyai informasi keberadaannya.

Meski memiliki kerajaan bisnis narkotika dan disegani, El Chapo sebenarnya pernah menjadi “anak didik” dari bos kartel narkoba bernama Miguel Angel Felix Gallardo.

Gallardo dikenal sebagai Godfather alias bos dari segala bos gembong narkoba. Dilansir dari The Sun, Gallardo adalah "arsitek" yang tak disengaja menciptakan perang antar-kartel narkoba saat ini.

Pada 1980-an, Gallardo menyatukan gembong narkoba Meksiko di bawah sindikat super dan mengekspor obat-obatan terlarang senilai miliaran dollar AS ke “Negeri Paman Sam”.

Pakar mafia Roberto Saviano mengatakan, Gallardo adalah wirausahawan hebat, pembangun kerajaan dengan pandangan ke depan dan pemahaman yang sangat sempurna tentang pasarnya.

Pada 1970-an, Gallardo membentuk Kartel Guadalajara dengan Rafael Caro Quintero dan Ernesto Fonseca Carrillo.

Apa yang membedakannya dari preman kebanyakan adalah kemampuannya melihat gambaran yang lebih besar dan dengan lancar menegosiasikan jalannya ke atas rantai makanan.

Baca juga: [Cerita Dunia] Kemenangan Gerilyawan Pimpinan Fidel Castro dalam Revolusi Kuba

Menjadi Bos Narkoba

Gallardo lahir di dekat ibu kota negara bagian Sinaloa, Culiacan. Setelah tumbuh menjadi pria dewasa, dia bergabung dengan polisi dan menjadi pengawal gubernur kala itu, Leopoldo Sanchez.

Melalui perlindungan Sanchez, Gallardo memiliki koneksi politik dan membantunya membangun organisasi perdagangan narkoba.

Gallardo lalu mulai bekerja untuk menyelundupkan narkoba yang menjadi perantara korupsi pejabat negara.

Tiba-tiba saja, pemerintah melancarkan Operasi Condor Pedro untuk memerangi narkoba. Bos narkoba saat itu, Pedro Aviles, menjadi buruan dalam operasi pemberantasan perdagangan kokain skala penuh.

Ketika Aviles terbunuh dalam baku tembak pada 1978, Gallardo, bersama Quintero dan Carrillo, mengambil alih bisnis Aviles dan jalur perdagangan.

Baca juga: [CERITA DUNIA] Sisi Lain yang Kelam dari Asal-usul Hari Valentine

Selain itu, mereka juga menyatukan para bos narkoba kota atau “Plasa” di bawah bendera Kartel Guadalajara.

Gallardo lantas memodernisasi, mengomersialkan, dan menginternasionalkan narkotika. Mereka menetapkan rute kokain dari Meksiko ke AS dan Eropa yang masih berlaku hingga saat ini.

Gallardo juga merupakan peletak dasar untuk sistem korupsi dengan negara Meksiko yang akan melindungi kepentingan bersama berdasarkan prinsip Pax Mafiosa (Perdamaian Mafia) sebagaimana dilansir dari The Guardian.

Sistem tersebut bekerja dengan kartel, menjamin ketenangan jika pejabat yang korup membantunya menjaga asal narkoba tetap mengalir melawan tantangan dari saingannya, sindikat yang lebih kecil.

Mereka mulai merampingkan model pencucian uang ke dalam ekonomi yang "legal" di utara dan selatan perbatasan yang akan disempurnakan oleh penerus Gallardo: El Chapo.

Hingga pada pertengahan 1980-an, Kartel Guadalajara telah menjadi kartel yang terbesar di dunia.

Baca juga: Cerita Dunia: Polisi Fesyen hingga Pasar Gelap Korea Utara

Titik Balik

Tetapi pada 1985, sebuah insiden berdarah mengubah kartel tersebut, beserta sejarah keramahtamahan politik Meksiko dengan Gallardo.

Seorang agen Drug Enforcement Administration (DEA) yang menyamar, Enrique Camarena alias Kiki, telah menyusup ke kartel.

Kiki berhasil mengumpulkan detail tentang rute, personel, dan koneksi ke kekuasaan.

Kiki diculik, diinterogasi, disiksa, dan dibunuh (ada bukti bahwa CIA tahu ini akan terjadi tetapi tidak melakukan apa pun demi melindungi sumbernya sendiri).

Kepercayaan antara AS dan Meksiko langsung hancur seketika, hubungan yang masih rusak hingga hari ini.

Baca juga: Cerita Dunia: Polisi Fesyen hingga Pasar Gelap Korea Utara

Dan saat DEA berusaha membalas dendam, nama pertama di bibir semua orang adalah Gallardo.

Terlepas dari seluruh kebenaran di balik kematian Kiki, AS menuntut pemerintah Meksiko melakukan sesuatu.

Tindakan keras langsung terjadi. Quintero dan Carillo dengan cepat diringkus oleh polisi.

Empat tahun kemudian, tepatnya 1989, Gallardo berhasil ditangkap. Gallardo lantas dijatuhi hukuman penjara selama 40 tahun.

Penangkapan Gallardo adalah katalisator yang mengungkap korupsi yang meluas di kancah perpolitikan Meksiko dan penegakan hukum di Meksiko.

Dalam beberapa hari setelah penangkapan Gallardo, dan di bawah tekanan media, beberapa komandan polisi ditangkap dan sebanyak 90 petugas mengundurkan diri.

Penangkapan Gallardo juga memicu bubarnya Kartel Guadalajara. Para bos narkoba Plasa yang tergabung ke dalam kartel memilih untuk menarik diri dan membentuk kartel mereka sendiri.

Baca juga: [Cerita Dunia] Terciptanya Guillotine oleh Dua Dokter Bedah

Lahirnya perang narkoba

Dari balik jeruji penjara, Gallardo berusaha keras untuk menjaga kerajaannya tetap utuh. Dari penjara, dia mengatur pertemuan puncak para bos narkoba Plasa.

Karena para bos-bos ini berselisih, Gallardo mendalangi gencatan senjata yang tidak mudah di antara mereka.

Dia membagi wilayah yang dimiliki oleh Kartel Guadalajara dan membaginya menjadi kelompok-kelompok yang mencakup kartel Sinaloa, Tijuana, dan Juarez.

Kendati demikian, kekosongan kekuasaan Kartel Guadalajara yang telah lama justru semakin memperkeruh konflik antar-bos narkoba.

Secara khusus, El Chapo, yang telah menjadi salah satu anak didik Gallardo, mengambil lebih banyak rute untuk Kartel Sinaloa yang terus berkembang.

Baca juga: [Cerita Dunia] Kenapa Burma Berubah Menjadi Myanmar? Berikut Kisahnya

Perselisihan dan konflik yang berkelanjutan di antara para bos bakal melahirkan kekacauan politik, sosial, dan militer, yang pada akhirnya akan mengarah pada perang narkoba di Meksiko.

El Chapo tak hanya memerangi mantan rekannya di bawah Kartel Guadalajara, tetapi juga berselisih dengan Kartel Teluk.

Setelah itu, Kartel Teluk dilanda konflik internal dan lahirlah Kartel Los Zetas yang kemudian mengambil alih wilayah kekuasaan di Teluk Meksiko.

Seiring perselisihan antara para kartel ini, dimulailah mimpi buruk di bernama perang narkoba yang masih berlangsung hingga saat ini.

Baca juga: [Cerita Dunia] Es Krim yang Populer ketika Alkohol Dilarang di Amerika Sebelum Perang Dunia II

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com